Tuesday, July 16, 2013

THE ORIGIN OF SPECIES Chapter VII: MISCELLANEOUS OBJECTIONS TO THE THEORY OF NATURAL SELECTION (Berbagai Keberatan Terhadap Teori Saya Tentang Seleksi Alam)

Evolusi-Teori Evolusi Darwin Bab 7
Berbagai Keberatan Terhadap Teori Saya Tentang Seleksi Alam

Umur panjang - Modifikasi-modifikasi tidak selalu simultan - Modifikasi tampaknya tidak langsung berguna - Perkembangan progresif - Ciri-ciri yang secara fingsional kurang penting, paling konstan - Dugaan inkompetensi seleksi alam yang disebabkan oleh tahap-tahap permulaan struktur yang berguna. Sebab-sebab yang mencampuri perolehan melalui seleksi alam struktur yang berguna Gradasi struktur dengan fungsi yang berubah Organ-organ yang berbecla jauh dialami anggota-anggota kelas yang sama dikembangkan dari satu kelas dan sumber yang sama Alasan-alasan untuk tidak modifikasi besar dan sekenyang-kenyangnya.

Saya khususkan bab ini untuk menanggapi berbagai keberatan yang telah dikemukakan orang terhadap pandangan-pandangan saya, Dengan demikian duduk perkara mungkin dapat, dibuat lebih jelas. Tetapi akan tidak berguna membicarakan semuanya, seperti yang banyak dibuat oleh penulis yang tidak mau bersusah-payah untuk memahami subjeknya. Demikianlah seorang naturalis Jerman yang kenamaan, telah mengatakan bahwa bagian terlemah teori saya, adalah, bahwa saya memandang semua makhluk hidup sebagai tidak sempurna. Padahal, apa yang sesungguhnya saya katakan adalah, bahwa semua makhluk hidup adalah tidak sesempurna sebagaimana seharusnya dalam hubungan dengan kondisi-kondisi kehidupannya. Hal ini diperlihatkan demikian oleh banyak bentuk kehidupan asli banyak pelosok dunia yang menyerahkan tempat mereka kepada bentuk-bentuk hidup asing. Makhluk hidup, kalaupun dapat beradaptasi lebih berguna pada kondisi-kondisi hidupnya tidak dapat tetap demikian, kecuali bila mereka sendiri berubah. Tidak seorang pun akan menyangkal, bahwa kondisi disetiap negara begitu pula jumlah dan jenis penghuninya telah mengalami dampak mutasi.

Baru-baru ini seorang kritikus tegas-tegas rnenyatakan dengan dibarengi pameran ketelitian matematikanya, bahwa umur panjang adalah suatu keuntungan besar bagi semua spesies, sehingga orang yang percaya pada seleksi alam “Harus menyusun pohon silsilahnya" sedemikian rupa, sehingga semua penggunaan memiliki jangka hidup lebih lama dari pada nenek moyang mereka! Tidak dapatkah kritikus ini membayangkan bahwa tanaman berjangka umur 1 tahun atau satu dari hewan yang lebih rendah dapat mengembara kewilayah yang dingin dan binasa disana setiap musim salju? Namun, dengan keuntugan yang diperoleh mclalui seleksi alam, mereka hidup terus dari tahun ke tahun melalui bibit-bibit atau ovanya. Mr. E- Ray Lankester, baru-baru ini hanya telah mengupas topik ini, dan ia menyimpulkan, sejauh kompleksitas umumnya ekstrimnya mengizinkannya membentuk suatu pendapat, bahwa umur panjang pada umumnya berkaitan dengan standar setiap spesies dalam skala organisisi, juga dengan jumlah dalam reproduksi dan dalam kegiatan umum. Kondisi-kondisi alam mungkin sebagian besar telah ditetapkan melalui seleksi alam.

Telah dikatakan bahwa. karena tidak ada hewan atau tanaman Mesir yang kita ketahui, telah berubah selama tiga atau empat ribu tahun yang lalu, maka mungkin juga tidak ada yang berubah di bagian manapun di dunia. Akan tetapi, bagaimana pendapat Mr. G.H Lewes, argumen tersebut menyatakan terlalu banyak, karena ras-ras domestik purba yang digambarkan pada monumen-monumen Mesir atau dibalsem, sangat serupa atau bahkan identik dengan yang hidup sekarang. Namun semua naturalis mengakui bahwa ras-ras tersebut telah dihasilkan melalui modifikasdi jenis-jenis asal mereka. Banyaknya. Hewan yang tetap tidak berubah sejak zaman es, menjadi suatu kasus lebih kuat yang tidak dapat diperbandingkan, karena mereka telah terkena perubahan cuaca yang besar hewan bermigrasi melintasi jarak yang jauh. Sedangkan di Mesir selama beberapa ribu tahun terakhir, kondisi kehidupan, sejauh kita ketahui, tetaplah sama. Fakta bahwa sedikit atau tidak ada modifikasi yang telah terjadi di zaman es seharusnya agak berguna bagi mereka yang percaya pada hukum pcrtumbuhan bawaan yang perlu terjadi akan tetapi tidak berdaya terhadap doktrin seleksi alam yaitu Survival of the fittest, yang berarti bahwa bila suatu waktu timbul variasi atau perbedaan individual yang bersifat menguntungkan, hal ini akan di pertahankan. Akan tetapi hal ini hanya akan dihasilkan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan.

Palaeantolog tersohor, Bronn pada penutup karya terjemahan bahasa dalam buku saya ini mempertanyakan : bagaimana mungkin, atas dasar seleksi suatu varietas dapat hidup berdampingan dengan spesies induknya keduanya cocok, mampu mengatasi perbeedaan-perbedaan kecil dalam kebiasaan atau kondisi hidup, mereka mungkin dapat hidup bersama. Bila kita letakkan pada satu sisi spesies polimorfik, yang varietasnya tampak istimewa, dan yang lain hanyalah variasi sementara, seperti ukuran, albinisme dan sebagian, maka semakin banyak varietasnya yang permanen dapat ditemukan, sejauk, saya temukan, mendiami tempat-tempat yang berbeda, seperti dataran tinggi atau dataran rendah, daerah kering atau daerah lembab. Lagi pula dalam binatang yang banyak berkeliaran dan mengembara dengan babas, mereka umumnya terbatas pada daerah-daerah yang berbeda.

Bronn juga menegaskan bahwa spesies-spesies yang berbeda tidak saling berbeda dalam sifat-sifat tunggal, tetapi dalam banyak bagiannya. Ia bertanya, mengapa selalu banyak bagian tubuh harus dimodifikasi pada awal yang sama melalui variasi dan seleksi alam? Akan tetapi tidak ada keharusan untuk berasumsi bahwa semua batian setiap makhluk telah dimodifikasi, serentak. Modifikasi yang paling mencolok yang sangat disestiaika" beberapa maksud, sebagaimana di depan telah disinggung, diperolehI variasi-variasi berkesinambungan. Bila modifikasinya ringan, pertarna – tama di bagian dan kemudian di bagian lain, dan karena semuanya akan disecara bersama-sama, mereka akan tampak bagi kita seperti telah berkembang secara serentak. Namun jawaban terbaik terhadap keberatan di ail-~is di olch ras-ras domestik yang telah dimodifikasi terutama melalui daya manusia untuk suatu maksud khusus.

Lihat kuda perlombaan dan kuda penarik pedati, dan anjing burman dan anjing mastiff. Seluruh kerangka mereka bahkan sifat mentaInya telah dimodifikasikan tetapi bila kita dapat melacak setiap langkah dalam sejarah transformasi mereka dan langkah-langkah ini dapat dilacak – kita tidak akan melihat perubalian-perubalian bcsar dan serentak, akan tetapi pertama-tama perubahan satu bagian dan kemudian bagian lain dimodifikasi sedikit diperbaiki. Bahkan kalaupun seleksi telah diterapkan oleh manusia terhadap satu sifat saja - yang mana tanaman budidaya kita merupakan contoh yang paling baik - akan tetapi ditemukan bahwa, meskipun bagian satu ini apalagi itu bunga, buah atau daun, telah sangat beribah, hampir semua bagian lain telah seclikit termodifikasi Hal ini sebagian dapat dirujukkan. pada prinsip Putumb yang safing berkorelasi dan sebagian lagi pada apa yang dinamakaill spontan.

Suatu keberatan yang jauh lebih serius didesakkan oleh Bronn dan baru ini juga oleh Broca, yaitu bahwa banyak sifat tampak tidak berguna apa bagi para pemiliknya dan oleh karena itu tidak dapat dipengaruhi oleh seleksi alam. Bronn mengemukakan panjang telinga dan ekor dalam spesies berbeda dari kelinci atau tikus, lipatan email pada gigi banyak hewan, dan sejumlah besar kasus yang analog.

Mengenai tanaman, topik ini telah dibicarakan oleh Nagerli dalam suatu artikel yang mengagumkan. Ia mengakui bahwa seleksi alam berpengaruh banyak, akan tetapi ia menyatakan tegas pula bahwa famili tanam-tanamannya saling berbeda dalam sifat morfologi, yang sama sekali tidak penting bagi kesejahteraan spesies.

Akibatnya ia percaya pada kecenderungan bawaan (innate tendency) suatu perkembangan progresif dan lebih sempuma. Ia menjelaskan susunan sel dalam jaringan dan susunan daun pada kelopaknya sebagai kasus yang tidak mungkin dipengaruhi oleh seleksi alam. Terhadap semua ini dapat ditambahkan pembagian menurut angka dalam bagian-bagian bunga, posisi ovula, bentuk biji, bila tidak berguna untuk penyerbukan dan seterusnya.

Ada kekuatan besar dalam keberatan di atas. Namun, kita pertama-tama harus ekstra hati-hati dalam menentukan struktur apa yang sekarang atau dahulu. berguna bagi setiap spesies. Kedua, hendaknya selalu diingat, bahwa bila satu bagian dimodifikasi, maka begitu pula bagian-bagian yang lain, melalui sebab-sebab tertentu yang masih samar, seperti aliran makanan membawa banyak atau kurang zat makanan ke suatu bagian, tekanan timbal-balik, pengaruh suatu bagian yang sudah lebih dulu berkembang daripada bagian lain yang menyusul berkembang belakangan, dan seterusnya. Juga melalui sebab-sebab lain yang menggiring ke banyak kasus korelasi yang misterius, yang sama sekali tidak kita mengerti. Agen-agen ini semua dapat dikelompokkan bersarna, demi ringkasnya, di bawah hukum pertumbuhan. Ketiga, kita harus memberi peluang tindakan tegas langsung dari kondisi-kodisi kchidupan yang bcrubah, dan apa yang dinamakan variasi spontan yang sifat kondisinya tampak memainkan peran yang kurang penting. Variasi tunas seperti penampilan lumut pada ros biasa, atau nektar pada pohon buah persik memberi contoh Yang baik memang variasi spontan. Tetapi dalam kasus-kasus ini pun, jika kita ingat daya satu tetcs kecil racun dalam menghasilkan empedu yang kompleks, kita scharusnya merasa tidak terlalu pasti bahwa variasi di atas bukan hasil suatu perubahan lokal dalam sifat cairan, namun disebabikan olch perubahan kondisi. Pasti ada suatu sebab efesien untuk setiap perbedaan kecil individual, seperti juga untuk variasi yang lebih kuat yang kadang-kadang muncul. Bila sebab yang tidak diketahui terus menerus bertindak, maka hampir pasti semua individu dari spesies tersebut akan dirnodifikasi secara demikian.

Dalam edisi lebih awal karya ini, saya kurang mementingkan – seperti yang sekarang tampak mungkin – frekuensi dan pentingnya modifikasi olch perubahan variabilitas spontan. Akan tetapi tidaklah mungkin menghubungkan sebab-sebab ini pada struktur tak terhitung yang begitu teradaptasi dengan kebiasaan hidup setiap spesies. Saya tidak percaya lagi pada hal ini keli bahwa bentuk-bentuk kuda pacuan atau anjing pacuan yang telah teradaptasi dengan kebiasaan dengan baik, yang sebelum prinsip seleksi oleh manusia dipahami dengan betul sehingga membangkitkan keheranan dalam diri para naturalis tua, kini dapat dijelaskan.

Patut diperhatikan pengembaraan beberapa pendapat terdahulu, sehubungan dengan dugaan tidak bergunanya berbagai bagian organ, hampir tidak perlu diteliti lagi bahwa pada pada hewan lebih tinggi dan sudah sangat dikenal, terdapat banyak struktur yang begitu tinggi dan bcrkernbang, sehingga tidak seorangpun meragukan bahwa mereka itu penting, namun pengunaannya, belum atau baru akhir-akhir ini saja dapat dipastikan, sebagaimana Bronn membuat panjangnya telinga dan ekor dalam beberapa spesics tikus sebagai contoh, meskipun kecil tentang perbedaan-perbedaan dalam struktur yang dapat memiliki kegunaan khusus. Namun bolehlah saya menyebutkan, bahwa mmenurut Dr. Scobl, telingaa bagian luar tikus dilengkapi secara luar biasa dengan syaraf-syaraf tidak diragukan bertindak sebagai organ perasa-peraba. Karena itu panjang telinga hampir tidak penting. Kita sekarang juga akan melihat bahwa ekor adalah organ yang dapat memegang pula, yang sangat berguna bagi beberapa spesies. dan kegunaannya sangat dipengaruhi oleh panjangnya.

Perihal tanaman, berdasarkan artikel Nageli, saya akan membatasi diri padi pernyataan berikut : diakui bahwa bunga anggrek menampilkan banyak struktur langka, yang beberapa tahun lalu dianggap hanya perbedaan morfologis, tanpa fungsi khusus apapun. Tetapi sekarang ia dikenal sebagai yang paling penting untuk pembuahan melalui bantuan serangga, dan mungkin telah diperoleh melalui seleksi alam. Tidak seorangpun, hingga belum lama ini, bisa membayangkan bahwa dalam tanaman dimorfik dan tanaman trimorfik perbedaan panjang benang sari dan putik dan susunannya dapat berguna, akan tetapi sekarang kita tahu demikianlah kenyataannya.

Dalam kelompok tanaman tertentu, ovula (kelamin belina) berdiri tegak dan pada yang lain menggantung; dan di dalam ovarium yang sama beberap tanaman, satu ovula memegang yang terdahulu dan ovula kedua memegang posisi yang terakhir. Posisi ini tampaknya pertama-tama murni morfologis, atau sccara fisiologis tidak berarti Dr. Hooker memberi tahu saya bahwa didalam ovarium yang sama, hanya ovula atas dalam beberapa kasus dan dalam kasus lain, hanya yang terendah saja yang dibuahi, dan ia mengingatkan bahwa hal ini mungkin tergantung pada arah tabung tepung sari mememasuki ovarium. Bila demikian posisi ovula, sekalipun ada yang tegak, yang lain digantung dalam ovarium yang sama, akan menyesuaikan diri lantatan seleksi setiap, deviasi kecil dalam posisi yang menguntungkan pembuahan produksi biji-bijinya.

Berbagai tanaman yang termasuk ordo berbeda, secara kebiasaan menghasilkan dua macam bunga - satu yang terbuka dan strukturnya biasa. Yang lain tertutup dan strukturnya tidak sempurna. Kedua jenis bunga ini kadang kadang menakjubkan sekali perbedaannya dalam struktur, namun dapat dilihat saling membaur secara bertingkat pada tanaman yang sama. Bunga biasa dan bunga terbuka dapat disilangkan dan keuntungan yang pasti diperoleh dari proses ini dengan demikian terjamin.

Namun bunga tertutup dan bunga tidak sempurna memiliki arti yang amat tinggi, karena mereka menghasilkan suatu persediaan biji Yang besar, dengan pengaman berupa pengeluaran tepung sari kecil yang mengagunakan. Dua jenis bunga ini sering sangat berbeda, seperti yang tadi baru disinggung, dalam struktur. Daun bunga pada bunga tidak sempurna, hampir selalu terdiri dari hanya rudimen dan butir tepung sari yang diameternya lebib pendek. Pada Ononis Calumnae, kolom lima benang sari pengganti adalah rudimenter dan dalam beberapa spesies Viola, tiga benang sari berada dalam keadaan ini, dua tetap memegang fungsi mereka sebenarnya, hanya dalam ukuran sangat kecil. Enam dari tiga puluh bunga tertutup dalam violet ungu India ( nama tidak dikketahui karena tanaman peliharaan saya itu tidak pernah memberikan bunga sempurna pada saya), kelopajak daun berkurang dari jumlah lima yang biasa menjadi tiga.

Dalam suatu bagian Malpighiaceae, bunga-bunga tertutup, menurut A.de Jussieu masih dimodifikasi lebih lanjut karena kelima benang sari yang berdiri berhadapan dengan kelopak daun semuanya gugur, sebuah benangsari keenam yang bcrdiri berhadapan dengan daun bunga berkembang sendiri, dan benang sari ini tidak terdapat dalam bunga biasa spcsics ini. Putiknya gugur dan ovariannya berkurang dari tiga menjadi dua. Sekarang, meskipun seleksi alam memiliki kekuatan untuk mencegah beberapa bunga tumbuh meluas dan mcngurangi jumlah tepung sari, bila dianggap dengan penutupan bunga menjadi mubazir, namun hampir tidak ada modifikasi khusus di atas yang dapat ditentukan secara demikian itu, melainkan harus mengikuti hukum penumbuhan. Termasuk inaktivitas fungsional bagian-bagian, selama berlangsungnya pengurangan banang sari dan penutupan bunga.

Begitu penting dan besar dampaknya hukum-hukum pertumbuhan, sehingga saya merasa perlu memberikan beberapa kasus tambahan lain, yaitu tentang perbedaan dalam bagian atau organ yang sama, yang disebabkan oleh perbedaan dalam kedudukan relatif pada tanaman yang sama. Pada pohon kastanye (chestnut) Spanyol dan di pohon-pohon cemara (fir), sudut divertigasi daun berbeda, menurut Schacht, dalam cabang bampir horinsontal dan Cabang yang berdiri tegak. Dalam rue (sejenis tanaman yang daun dan bunganya berbau wangi dan banyak dipakai sebagai obat-obatan-penerj) biasa dan beberapa tanaman lain, satu bunga. biasanya yang di tengah atau di ujung, membuka mekar lebih dahulu, dan memiliki lima kelopak daun bunga serta lima bagian pada indung telur sedangkan semua bunga lain pada tanaman itu adalah segi empat. Dalam Adova Inggris, bunga yang paling atas umumnya memiliki dua cuping kelopak dan organ-organ lain segi empat, sedangkan bunga-bunga yang mengelilinginya umumnya memiliki tiga cuping kelopak dengan organ-organ lain segi lima.

Di banyak Compositae dan Umbelliferae (dan beberapa tanaman lain) bunga–bunga yang berada ditepi garis lingkaran memiliki lingkaran bunga yang jauh lebih berkembang daripada yang di tengah. Ini sering berkaitan dengan gugurnya organ-organ reproduksi. Suatu fakta yang lebih menarik, yang sebelumnya telah ditunjukkan, bahwa achenes atau biji dari bunga yang berada di sekeliling dan bunga yang berada di tengah itu kadang-kadang sangat berbeda dalam bentuk, warna, dan sifat-sifat lain. Pada Carthamus dan Compositae lainnya, biji pusat saja yang dilengkapi dengan pappus; dan pada Hioseris, kepala putik yang sama menghasilkan tiga bentuk biji yang berlainan. Pada Umbelliferae tertentu, biji bagian luar, menurut Tausch, bersifat orthospermous dan yang di tengah coelospermous, dan ini adalah suatu sifat yang menurut De Candolle merupakan spesies lain yang arti pentingnya secara sistematis paling tinggi.

Prof. Braun menyebutkan bahwa genus Fumariaceous, yang bunga bagian bawah mayangnya menghasilkan buah keras (nutlets) lonjong, berusuk, berbiji satu dan di bagian atas mayang, silikat, berbentuk seperti mata timbal, berpentil dua, barbiji dua. Dalam beberapa kasus ini, dengan kekecualian tentang benang sari yang tumbuh sempurna, sehingga membuat bunga itu menarik perhatia scrangga, seleksi alam, sejauh pertimbangan kami, tidak dapat memainkan perannya, atau kalaupun bermain, porsinya kurang begitu berarti. Semua modifikasi ini mengikuti kedudukan relatif dan interaksi bagian-bagian, dan hampir tidak perlu disangsikan, bila semua bunga dan daun pada tanaman.yang yang berhadapan dengan kondisi eksternal dan internal, sama seperti bunga dan daun dalam posisi tertentu, maka semua seharusnya akan termnodikasi secara sama.

Pada banyak kasus lain, kita menemukan modifikasi struktur, yang dianggap sangat penting oleh para ahli botani pada umumnya, dan mempengaruhi hanya beberapa bunga pada tanaman yang sama, atau terjadi pada tanaman berbeda yang tumbuh berdekatan dalam kondisi yang sama. Karena variasi-variasi nampaknya tidak punya manfaat khusus bagi tanaman, mereka tidak dapat dipengaruhi oleh seleksi alam. Tentang sebab-sebabnya, kita tidak tahu, kita pun bahkan tidak dapat merujuknya, seperti dalam kelas terakhir kasus-kasus pada suatu agen dekat, seperti kedudukan relatif. Saya hanya akan rnemberi sedikit contoh. Adalah biasa untuk melihat pada tanaman yang sama, bunga-bunga rangkaian empat, lima dan sebagainya, yang tidak perlu saya bcrikan contohnya, tetapi karena sejumlah variasi jarang ada jika bagian-bagian sedikit, maka saya dapat menyebutkan bahwa, menurut De Candolle bunga Papaver bracteatum akan berkelopak daun dua dengan empat daun bunga. Cara daun bunga terlipat dalam tunas pada kebanyakan secara morfologis sangat konstan.

Akan tetapi Prof. Asa Gray menyatakan pada beberapa spesies Mimulus, astivasi pada Rhinanthidae hampir sesering astivasi pada An. Irrhidhanea, yang merupakan kelompok genus Rhinanthidae itu. Aug St. Hilaire memberikan kasus-kasus berikut: genus Zanthoxylon termasuk bagian dan Rustaceae dengan indung telur tunggal, tetapi dalam beberapa spesies dapat ditemukan bunga pada tanaman yang sama, baik dengan satu maupun dua indung telur. Pada Helianthemum, kapsulnya digambarkan sebagai unilocular atau 3-loculator; dan dalam H. Mutabile. " Une leme, plus ou moins large, s’ etend entre le pericarpe et le placenta." Pada bunga Saponaria officinalis, Dr Masters telah mengamati contoh-contoh plasenta marginal dan plasenta di pusat yang bebas. Akhirnya St. Hilaire di menemukan di kawasan Gomphia Oleaeformis di kutub selatan, dua bentuk yang pada mulanya tidak disangsikan adalah spesies yang berbeda, tetapi ia melihat mereka tumbuh pada semak-semak yang sama. Kemudian dia menambahkan, "Voila donc dans un meme individu des loges et un style qui se rattachent tantot a un axe verticale et tantot a un gynobase."

Jadi, kita melihat bahwa pada banyak tanaman, perubahan morfologis dapat dirujuk pada hukurn pertumbuhan dan interaksi bagian-bagian tanpa peran seleksi alam. Tetapi berkaitan dengan doktrin Nageli tentang kecenderungan bawaan kearah kesempumaan atau perkembangan progresif, dapatkah dikatakan bahwa alam kasus variasi menonjol seperti ini, tanaman telah terperangkap dalam tindakan progresif ke tingkat perkembangan yang lebih tinggi? Sebaliknya, saya menarik kesimpulan dari sekedar fakta tentang bagian-bagian terkait yang berbeda atau menyimpang jauh pada tanaman yang sama, bahwa modifikasi tersebut sangat kecil artinya bagi tanaman itu sendiri, dan juga bagi kita untuk klaifikasi. Perolehan suatu bagian yang tidak berguna hampir tidak dapat dikatakan meningkatkan organisme pada skala alam.

Dalam kasus bunga-bunga tak sempuma dan tertutup seperti digambarkan di atas, bila prinsip baru harus dilibatkan, tentulah ini suatu kemunduran, bukan suatu kemajuan. Dan itulah yang pasti terjadi dengan demikian banyak hewan parasit dan hewan bertaraf rendah. Kita tidak tahu tentang sebab-sebab yang membuat modifikasi-modifikasi di atas. Tetapi bila sebab yang tidak diketahui itu bartindak hampir seragam selama suatu jangka waktu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa hasilnya akan hampir seragam. Dan dalam hal ini. semua individu spesies akan dimodifikasi secara demikian.

Dari kenyataan sifat-sifat di atas yang tidak penting untuk kesejahteraan spesies, maka setiap variasi kecil yang terjadi di dalam kalangannya semestinya tidak akan diakumulasikan dan diperbesar oleh seleksi alam. Suatu Struktur yang telah dikembangkan melalui seleksi terus-menerus dalain waktu lama, bila tidak lagi berfaedah bagi suatu spesies, umumnya menjadi variabel seperti yang kita lihat peda organ-organ rudimenter, sebab tidak lagi diatur oleh kekuatan seleksi yang sama ini. Tetapi bila, dari sifat organisme dan sifat kondisi, modifikasi yang tidak penting bagi kesejahteraan spesies telah terjadi, ini dapat dan tampaknya diwariskan dalam keadaan hampir sama ke banyak sekali keturunannya yang dimodifikasi dengan cara lain. Hal ini tidak begitu penting bagi sejumlah binatang yang menyusui, burung atau reptil apakah mereka berambut, berbulu, atau bersisik. Tetapi rambut telah ditransmisikan ke hampir semua hewan menyusui, bulu kesemua burung dan sisik ke semua reptil sejati.

Suatu struktur apapun, yang umum bagi banyak bentuk yang serumpun sering dianggap kita nilai sendiri secara sistematis sangat penting, dan karenanya sering diangap sangat vital bagi spesies. Jadi saya cenderung meyakini, bahwa perbedaan morfologis, yang kita anggap sebagai penting - seperti susunan daun, pembagian bunga-bunga atau indung telur, posisi telur, dan sebagainya - mula-mula, tampak dalam banyak kasus sebagai variasi yang turun naik, yang pada suatu ketika, cepat atau larnbat, menjadi konstan melalui sifat organisme dan kondisi sekitarnya, juga melalui persilangan antar individu-individu yang berbeda, tetapi tidak melalui seleksi alam. Karena sifat morfologi ini tidak mempengaruhi kesejahteraan spesies. maka setiap deviasi sedikit saja di dalamnya seharusnya dapat diatur atau diakmulasikan melalui instrumen alam ini. Hasil aneh yang akhimya kita temukan, ialah bahwa sifat-sifat agak penting bagi spesies, dipandang sangat penting oleh ahli sistematika. Tetapi seperti akan kita lihat setelah ini, bila kita membicarakan prinsip genetika klasifikasi. hal ini sarna sekali tidak begitu bertentangan seperti yang tampai pada permukaan.

Meskipun kita tidak memiliki bukti kuat adanya suatu makhluk hidup dengan kecenderungan bawaan untuk perkembangan progesif, namun hal ini dengan sendirinya mengikuti, seperti yang telah saya coba tunjukkan di Bab 4, tindak lanjut seleksi alam. Definisi paling baik yang pernah diberikan tentang suatu standar organisasi yang tinggi, adalah sampai sejauh mana bagian-bagian telah, terspesialisasi atau terdiferensiasi. Dan seleksi alam cenderung bergerak ke

arah ini sejauh bagian-bagian itu dibuat mampu menjalankan fungsinya secara lebih efisien.

Seorang ahli zoologi terkenal, Mr. St.George Mivart, baru-baru ini mengkoleksi semua keberatan yang pemah dikemukakan ahli-ahli lain, terhadap teori-teori seleksi alam yang dikemukakan Mr. Waliace dan sayangnya menggambarkan dengan seni dan daya kekuatan mengagumkan. Jadi setelah disusun sedemikian rupa, teori bantahan mereka membentuk barisan yang bukan main hebatnya. Karena Mr. Mivart tidak berkeinginan memasukkan pula berbagai fakta yang bertentangan dengan kesimpulannya, maka tidak sedikit panalaran dan ingatan diserahkan pada pembaca. yang diharapkan mampu menimbang bukti dari kedua sisi. Bila membicarakan kasus-kasus yang khusus. M. Mivart tidak mengindahkan dampak dari peningkatan digunakan atau tidak digunakannya bagian-bagian tubuh yang selalu saya jaga arti pentingnya saat menggarap "Variation under Domestication", dengan lebih bersusah payah daripada, saya yakin, penulis lain manapun. Begitupun dia menduga bahwa saya sama sekali tidak merujuk pada variasi independen seleksi alam, padahal dalam karya yang baru saya tunjukkan tadi, saya telah mengkoreksi sejumlah besar kasus yang dikenal baik ketimbang yang dapat ditemukan di karya lain manapun yang saya ketahui. Pertimbangan saya mungkin tidak layak dipercaya, tetapi setelah secara cermat membaca buku Mr. Mivart. dan membandingkan setiap bagian, dengan apa yang telah saya katakan dalam judul yang sama, saya belum pernah merasa begitu yakin akan kebenaran umurn kesimpulan yang diperoleh di sini. Sudah barang tentu, dalam suatu masalah yang begitu banyak lika-likunya, kesalahan-kesalahan parsial bisa saja terjadi.

Semua keberatan Mr. Mivart akan atau telah dikupas dalam jilid ini. Satu butir baru yang tampaknya mempesona banyak pembaca adalah, " bahwa seleksi alam tidak kompeten pada tahap dini atas struktur-struktur yang berguna.” subjek ini sangat erat hubungannya dengan subjek gradasi ciri-ciri yang sering disertai perubahan suatu fungsi misalnya konversi gelembung renang menjadi paru-paru butir-butir yang dibicarakan dalam bab lalu dalam dua judul. Meskipun demikian, saya akan mengupas secara agak rinci beberapa kasus yang diajukan Mr. Mivart, dengan memilih yang paling ilustratif, karena keterbatasan ruang mencegah saya mengupas semuanya.

Jerapah dengan perawakannya yang tinggi, leher, kaki depan, kepala dan lidah yang sangat memanjang, kerangka keseluruhannya disesusaikan untuk memakan daun-daunan pada cabang-cabang tanaman yang tinggi. Dengan demikian ia memperoleh makanan di luar jangkauan Ungulata (hewan berkuku) lain yang menghuni daerah yang sama, dan hal ini merupakan keuntungan besar baginya di masa paceklik, Sapi Mato di Amerika Selatan memperlihatkan kepada kita, bahwa betapapun kecilnya perbedaan dalam struktur dapat membuat perbedaan besar selama masa paceklik dalam menyelamatkan kchidupan hewan. Sapi ini dapat makan rumput sebagaimana yang lain. tetapi karena rahang bawahnva tidak dapat menonjol ke depan. maka selama masa kering yang sering berulang, maka ranting pohon, buluh, dan sebagainya mendorong sapi biasa dan kuda untuk makan, sedangkan pada waktu-waktu itu Niata bakal binasa, bila tidak diberi makan oleh pemiliknya. Sebelum sampai pada keberatan Mr. Mivart baik juga diterangkan sekali lagi bagaimana seleksi alam bertindak dalam kasus biasa. Manusia telah memodifikasi beberapa hewannya, tanpa memperhatikan poin-poin khusus struktur, dengan hanya memelihara menternakkan individu-individu yang paling cepat larinya, seperti kuda pacuan dan anjing pacuan, atau ayam jago aduan, dengan menternak kannya dari hewan unggulan.

Jadi, di alam bebas, jerapah, si pemakan rerumputan paling tinggi, dan mampu selama kekeringan menggapai dedaunan satu atau dua inci di atas yang lain, akan terus bertahan hidup, karena mereka akan menjelajahi seluruh dalam mencari makanan. Bahwa individu dari spesies yang sama sering bebeda sedikit dalam panjang relatif semua bagiannya, dapat dilihat dalam banyak karya sejarah alam, yang memberi ukuran yang seksama. Perbedaan-perbedaan yang secara proporsional relatif sedikit ini, yang disebabkan oleh hukum pertumbuhan dan variasi, tidak berguna sedikitpun atau penting bagi kebanyakan spesies. Tetapi lain halnya dengan jerapah pada permulaan tahap, dengan memandang kemungkinan kebiasaan hidupnya, mereka yang memiliki saut atau bebeberpa bagian tubuhnya agak lebih memanjang daripada biasa, umumnya akan bertahan hidup. Mereka ini bebas kawin silang dan meninggalkan keturunan, yang mewarisi keistimewaan tubuh, atau berkecenderungan berubah dengan cara yang sama sementara individu-individu yang kurang diuntungkan dalam hal ini, paling rawan untuk punah.

Kita telah melihat bahwa tidak ada perlunya memisahkan pasangan tunggal seperti dilakukan orang, jika pasangan tersebut secara metodis meningkatkan suatu turunan. Seleksi alam akan memeliharanya, dengan demikian memisahkan semua individu-individu yang unggul, membiarkan mereka untuk kawin silang dan mempunahkan semua individu yang lemah. Dengan proses yang berlangsung lama ini, sesuai dengan apa yang telah saya namakan seleksi spontan (tidak disadari oleh manusia), dan tentu saja dikombinasikan dengan pengaruh pewaris warisan penggunaan bagian tubuh yang telah diperbaiki, tampak bagi saya hampir pasti, bahwa binatang berkaki empat berkuku biasa dapat berubah menjadi Jerapah.

Terhadap kesimpulan ini Mr. Mivart mengemukakan dua keberatan. Pertama bahwa peningkatan ukuran tubuh jelas memerlukan pasokan makanan yang meningkat dan ia memandang sebagai "sangat problematis apakah kerugian-kerugian yang timbul pada kegunaannya pada waktu kekeringan, akan merintangi keuntungan-keuntungannya". Tetapi Jerapah nyatanya ada dalam jumlah besar di Afrika Selatan, dan sebagai sejenis kijang yang paling besar di dunia, lebih tinggi dari sapi jantan, berlimpah-limpah di sana. Lalu mengapa kita harus meragukan bahwa scjauh terkait ukuran besamya, gradasi pertangahan yang sebelumnya dapat ada disana, tergantung seperti sekarang pada kekeringan. Sudah pasti makhluk itu mampu mencapai pasokan makanan, yang tinggal tidak terjamah oleh hewan berkaki empat berkuku lain di daerah itu. Setiap ukuran tingginya meningkat seharusnya menguntungkan jerapah yang baru lahir.

Hendaknya kita tidak lupakan fakta, bahwa peningkatan besamya berfungsi pula sebagai pelindung dari ancaman hampir semua binatang pemangsa, kecuali singa. Dan leher jerapah yang panjang ini - makin panjang makin baik – akan, berfungsi, seperti dikatakan Mr. Chauncy Wright, sebagai menara pengawas. Itu sebabnya, sebagaimana kata Sir S. Baker, tidak ada hewan yang lebih susah diburu daripada jerapah. Hewan ini juga menggunakan lehernya yang panjang sebagai sarana penyerangan dan pertahanan, dengan mengayunkan dengan keras kepalanya yang dipersenjatai tanduk-tanduk yang berdiri seperti tonggak. pelestarian setiap spesies jarang dapat ditetapkan dengan satu keuntungan saja, tetapi gabungan dari semua keuntungan, besar maupun kccil.

Kemudian Mr. Mivart bertanya (dan ini adalah keberatannya yang kedua). Bila seleksi alam begitu perkasa, dan jika makan dari pohon-pohon tinggi begitu menguntungkan, mengapa kecuali jerapah, hewan berkaki empat berkuku iainnya seperti unta, Guanaco dan Macrouchenia, tidak atau kurang mendapat leher panjang dan perawakan tinggi? Atau lagi, kalau pun tidak berleher panjang, mengapa setiap anggota kelompok tersebut tidak memperoleh satu belalai panjang sebagai gantinya?

Mengenai Afrika Selatan yang dahulu dihuni oleh banyak sekali kawasan jerapah, jawabannya tidak sulit dan dapat diberikan dengan suatu gambaran terbaik. Di setiap padang rumput di Inggris yang ditumbuh pepohonan, kita melihat cabang-cabang lebih rendah dipangkas atau diratakan sesuai dengan jangkauan pemakan rerumputan, kuda stau sapi. Dan keuntungan apa yang akan diperoleh misanya oleh kambing, bila dipelihara di sana, untuk memperoleh leher panjang?. Di setiap daerah, sejenis hewan hampir pasti akan mampu memakan dedaunan yang lebih tinggi letaknya. Hampir pasti pula bahwa hanya jenis ini saja yang dapat diperpanjang lehemya, untuk maksud tersebut, melalui selcksi alam dan akibat penggunaan yang meningkat. Di Afrika Selatan, persaingan makan daun-daunan pohon akasia di cabang-cabang yang lebih tinggi dan pohon-pohon lain tentulah antara jerapah dengan jerapah, bukan dengan hewan berkuku lainnya.

Mengapa, di daerah lain dunia, berbagai hewan yang termasuk dalam ordo yang sama tidak memperoleh baik leher yang panjang atau belalai, tidak dapat dijawab dengan tegas. Tetapi tidak masuk akal mengharapkan jawaban yang tegas atas pertanyaan demikian, sebab hal itu seperti mempertanyakan mengap, suatu peristiwa tidak terjadi dalam sejarah manusia di suatu negara, namun terjadi di negara lain. Kita tidak banyak tahu tentang kondisi yang menentukan jumlah dan cakupan setiap spesies. Bahkan kita tidak dapat menerka perubahan struktur apa yang akan menguntungkan dalam peningkatannya di suatu negara baru. Namun, kita dapat melihat secara umum bahwa berbagai sebab mungkin merintangi perkembangan leher panjang atau belalai. Untuk mencapai dedaunan yang sangat tinggi (tanpa memanjat, yang bagi struktur hewan berkuku sama sekali tidak cocok) berarti besarnya tubuh akan sangat menentukan. Dan kita tahu bahwa beberapa wilayah mendukung hanya sedikit hewan besar berkaki empat. Misalnya Amerika Selatan, meskipun begitu, subur sementara Afrika Selatan sangat banyak dihuni jerapah secara tak sebanding, Mengapa hal ini harus terjadi begitu, kita tidak tahu, juga mengapa periode tersier yang datang kemudian harus lebih menguntungkan bagi keberadaan mereka, daripada masa sekarang. Apapun kemungkinan sebab-sebabnya, kita dapat melihat bahwa daerah-daerah tertentu dan zaman tertentu seharusnya sangat menguntungkan daripada yang lain untuk perkembangan hewan berkaki empat yang begitu besar seperti jerapah.

Agar seekor hewan dapat memperoleh suatu struktur yang khusus dan berkembang, besar, hampir tak dapat dihindiri bahwa beberapa bagian tubuhnya yang lain ikut termodifikasi dan ikut beradaptasi. Meskipun setiap bagian tubuh sedikit berbeda, belum tentu bagian-bagian yang penting selalu harus berfariasi dalam arah dan tingkat yang benar, dan bagi beberapa spesies, bagian-bagian tubuh yang penting itu lebih mudah berubah daripada spesies lain: Bahkm kalaupun variasi-variasi yang cocok timbul, tidak selalu bahwa seleksi alam mampu bertindak atasnya, dan menghasilkan suatu struktur tubuh yang lebih bermanfaat bagi spesies. Misalnya, bila jumlah individu yang ada di suatu negara, ditentukan terutama meWmelalui pemusnahan oleh hewan pemangsa - oleh parasit eksternal atau internal dan sebagainya. - - seperti yang sering terjadi, maka seleksi alam han mampu berbuat sedikit atau akan sangat terlambat dalam memodifikasi struktur tertentu untuk memperoleh makanan. Akhimya, seleksi alam adalah suatu proses yang labet dan kondisi menguntungkan itu harus berjalan lama agar setiap pengaruh yang nyata dapat dihasilkan. Kecuali menjelaskan alasan-alasan umum dan samar-samar tersebut, kita tidak dapat menjelaskan mengapa, di banyak wilayah dunia, hewan berkaki empat berkuku tidak memperoleh leher yang sangat panjang atau sarana lain untuk memakan makanan di pohon bercabang tinggi.

Keberatan-keberatan yang sifatnya sama seperti tadi telah diajukan oleh banyak penulis. Dalam setiap kasus, berbagai sebab, selain yang baru disebut tadi, berkaitan dengan, perolehan struktur tubuh melalui seleksi alam, yang diperkirakan. akan, bermanfaat bagi spesics-spesies tertentu. Seorang penulis bertanya. mengapa burung unta tidak bisa. terbang? Akan tetapi, refleksi sekilas memperlihatkan bahwa dibutuhkan pasokan makanan sangat besar untuk memberi kekuatan pada burung. padang pasir itu, untuk mengerakkan tubuhnya yang besar itu di udara.

Pulau-pulau samudera di huni oleh kalelawar dan anjing laut, tidak oleh binatang menyusul yangb hidup di darat. Namun karena sebagian kelelawar ini merupakan spesies yang khas, mereka telah lama menghuni pulau-pulau itu. Maka, bertanyalah SirC. Liell, seraya menunjuk alasan-alasan tertentu dalam menjawab mengapa anjing laut dan kalelawar tidak melahirkan bentuk-bentuk yang cocok untuk hidup da daratan pulau-pulau tersebut? Anjing laut perlu diubah terlebih dahulu menjadi hewan karnifora panghuni bumi berukuran besar, dan kalelawar menjadi hewan pemangsa serangga darat; kerena bagi anjing laut tidak akan ada mangsa; sedangkan untk kalelawar serangga akan menjadi makanan, tetapi serangga ini sebagian besar sudah dimangsa oleh reptil atau burung, yang lebih dahulu menduduki dan keberadaannya berlimpah dikebanyakan pulau samudr. Perubahan gradasi struktur dengan setiap tahap bermanfaat bagi spesies yang berubah, hanya akan menguntungkan dalam kndisi yang kha. Hewan yang semata-mata menghuni darat, hanya kadang-kadang memburu makanan siperairan dangka, kemudian disungai atau danau, akhirnya dapatdi ubah menjadi hewan yang sepenuhnya akuati, sehingga berani mengdapi samudra luas. Tetapi anjing laut tidak akan menemukan kondisi yang menguntungkan bagi perubahannya secara perlahan-laan menjadi bentuk penghuni darat pulau samudra. Kalelawar bagaimana dahulu diperlihatkan, mungkin memperoleh sayapnya dengan mula-mula mleyang menembus udara dari pohon ke pohon, seperti layaknya tupai terbang, untuk dapat meloloskan diri dari musuh atau menghindari jatuh. Tetapi begitu daya terbang yang dia peroleh, tidak akan dia kembali menjadi kurang efisien untuk melayang di udara, paling tidak untuk maksud diatas. Untuk menjadi hewan darat, kalelawar mungkin seperti banyak burung lain, memilki sayap yang berkurang dalam ukuran, atau sama sekali tidak mempunyainya, karena tidak digunakan. Tetapi dalam hal ini, mereka pertama-tama perlu memperoleh daya untuk bergerak atas tanah dengan kaki belakang yang kuat, sehingga mampu bersaing dengan burung dan hewan lainnya. Untuk perubahan demikian kalelawar tampaknya sangat cocok. Pengandaian-pengandaian ini di buat hanya untuk memperlihatkan bahwa suatu transisi struktur, dengan setiap langkah bermanfaat, adalah hal yang sangat rumit badan bahwa, tidak ada yang aneh dalam suatu transisi, bila tidak terjadi dalam setiap kasus.

akhir-akhir ini, lebih dari satu penulis bertanya, mengapa kekuasaan mental beberapa hewan lebih tinggi dari pada yang lain, padahal didepan pernah diktaka, perkembangan tersebut akan menguntungkan bagi semua? Mengapa kera tidak mendapat daya intelektual seperti manusia? Berbagai sebab dapat ditunjukkan, tetapi berupa pengandalan dan kemungkinan relatifnya tidak dapat diukur, akan tidak berguna memberikannya. Jawaban pasti terhadap pernyataan terakhir sebaiknya tidak uasah terlalu diharapkan, mengingat tidak ada seorangpun dapat memecahkan masalah yang lebih sederhana seperti berikut mengapa, dari dua suku bangsa primtiif, yang satu dapat lebih tinggi dalam peradaban dibanding yang lain, dan hal ini tampaknya daya otaknya lebih meningkat.

Kita kembali pada keberatan lain Mr. Mivart. Serangga sering tampil menyerupai berbagai objek demi uniuk perlindungan diri, seperti daun hijau atau daun kering, ranting mati, lumut, bunga, duri, kotoran burung, hinga serangga hidup. Tetapi terhadap butir terakhir saya akan kembali setelah ini. Penyamaran ini sering mencengangkan miripnya, dan tidak terbatas pada wama, tetapi melalui ke bentuk, bahkan cara serangga itu sendiri bersikap. Ulat yang paling di ranting semak-semak yang mereka makan, menjadi contoh yang paling bagus tentang penyamaran ini. Hanya kasus-kasus imitasi objek seperti kotoran burung, memang jarang sekali. Dalam judul ini, Mr. Mivart menyatakan "Karena, menurut teori Mr. Darwin, ada suatu kecenderungan tetap untuk variasi tidak terbatas, dan karena variasi-variasi kecil pada tingkat permulaan akan meluas ke segala arah, mereka harus saling menetralisir. Pada permulaan mereka harus membentuk modifikasi tidak stabil yang sulit, atau tidak mungkin untuk melihat bagaimana getaran oskilasi awal tak terhingga kecilnya dapat berbentuk menyerupai daun, bambu atau objek lain dengan baik, sehingga dapat dilihat dan dikekalkan o1ch seleksi alam."

Tetapi dalam semua kasus di alas, scrangga dalam keadaan aslinya, sudah tentu dapat menyajikan suatu penyerupaan yang kasar dan kebetulan dengan objek yang biasa ditemui di tempat-tempat yang sering didatanginya. Hal ini tidak mustahil, mengingat jumlah hampir tidak terbatas yang mengelilinginya dan keanekaragaman bentuk dan warna serangga yang ada. Sebagaimana penyamaran adalah perlu pada titik awal, kita dapat memahami apa, sebabnya hewan yang lebih besardan lebih tinggi tidak mengimitasi (kecuali, sejauh saya tahu, satu ikan) demi melindungi diri, tetapi hanya permukaan yang biasa mengelilingi mereka, terutama wama. Asumsi bahwa suatu serangga dapat menyerupai ranting mati atau daun yang telah membusuk sebatas derajat tertentu dan bahwa agak bervariasi dcngan banyak cara, maka semua variasi yang membuat serangga sangat menyerupai setiap objek dan dengan demikian menguntungkannya untuk lolos dari bahaya, akan dipelihara kelestariannya, sedangkan variasi lain ukan dilalaikan dan akhimya lenyap. Atau bila dianggap serangga sama sekali kurang bisa menyerupai objek yang diimitrasi, mereka akan dipunahkan.

Memang ada bobotnya keberatan Mr. Mivart itu, seandainya kita coba menerangkan penyerupaan di alas terlepas dari scleksi alam melalui hanya variabilitas yang berfluktuasi, tetapi dalam kenyataannya, kasus seperti itu tidak ada.

Saya juga tidak melihat soal apapun dalam kesulitan Mr. Mivart sehubungan dengan “Sentuhan akhir kesempurnaan dalam peniruan” sebagaimana dalam kasus yang diberikan Mr. Wallace, tentang serangga tongkat (Ceroxylus Iaceratus) yang menyerupai "tongkat ditumbuhi lumut merangkak atau gangermania". Begitu dekat penyerupaan itu. sehingga seorang penduduk pribumi Dayak bersikukuh, bahwa tonjolan-tonjolan seperti daun itu adalah benar-benar lumut. Serangga dimangsa oleh burung dan musuh-musuh lain yang daya penglihatannya mungkin lebih tajam ketimbang penglihatan kita, dan setiap tingkat penyerupaan yang membantu serangga untuk lepas dari bahaya yang diketahui atau deteksi, akan cenderung dilestarikan dan semakin sempurna penyerupaanya itu makin baiklah bagi serangga. Melihat perbedaan-perbedaan sifat antar spesies dalam kelompok yang mencakup Ceroxylus di atas, tidak mustahil bahwa serangga ini telah bervariasi dalam ketidak teraturan pada permukaannya, dan dalam hal ini telah menjadi lebih kurang berwarna hijau; karena di setiap kelompok ciri-ciri yang berbeda dalam berbagai spesies adalah yang paling cenderung bervariasi, sedangkan ciri-ciri generik, atau ciri-ciri yang.umurn dalam, semua spesies, adalah yang paling konstan.

Ikan paus Greenland adalah satu dari hewan yang paling mengagurnkan di dunia, dan tulang insangnya (baleen) merupakan salah satu kekhususan dia yang terpenting. Tulang insang itu terdiri dari satu barisan, pada setiap sisi rahang atas, terdiri dari sekitar 300 pelat atau laminae, yang berjajar rapat secara transversal terhadap poros lebih panjang dari mulut. Dalam. barisan utama terdapat beberapa barisan tambahan. Margin yang terakhir dan margin sebelah dalam semua pelat terurai ke dalam. bulu-bulu keras yang kaku, dan membungkus langit-langit mulut yang sangat besar dan berfungsi menyaring atau menapis air dengan demikian menyelamatkan mangsa kecil yang menjadi makanan hewan raksasa ini.

Lamina tengah yang paling panjang pada ikan paus Greenland adalah sepuluh, dua belas, atau bahkan lima belas kaki. Akan tetapi dalam spesies Cetacean yang berbeda terdapat gradasi dalam panjang. Larnina tengah menurut Scoresby dalam satu spesies sepanjang empat kaki, dalam yang lain tiga. dalam yang lain lagi delapan betas inci, dan dalam Balaenoptera rostrata hanya sekitar sembilan inci. Kualitas tulang paus juga berbeda dalam spesies-spesies yang berbeda.

Sehubungan dengan tulang insane ikan paus (baleen) tersebut, Mr. Mivart menyatakan bahwa bila "telah satu kati mencapai ukuran dan perkembangan sehingga keseluruhannya berguna, maka pelestarian dan pembesarannya yang masih dalam batas berguna, akan dipacu oleh seleksi alam sendiri. Tetapi bagaimana caranya mendapatkan perrnulaan perkembangan yang berguna tersebut." Sebagai jawaban, dapat ditanyakan mengapa nenek moyang awal ikan paus yang bertulang insang memiliki mulut yang dibentuk seperti peruh bebek yang berlamel? Bebek, seperti ikan paus, hidup dengan menapis lumpur dan air, dan famili ini kadang-kadang dinamakan Criblatores atau penapis. Saya berharap hendaknya saya tidak disalah mengerti seolah bemaksud menyatakan, bahwa nenek moyang ikan paus memang mempunyai mulut seperti paruh bebck. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa hat ini tidak mustahil, dan bahwa pelan-pelan insang yang sangat besar pada ikan paus Greenland mungkin berkembang dari lamellae demikian dengan tahap-tahap kecil, yang masing. masing berguna bagi pemiliknya.]

Paruh Spatula ctypeara (bebek berparuh seperti sekop) mempunyai struklur yang lebih bagus dan lebih kompleks dari pada mulut ikan paus. Rahang dillengkapi pada setiap sisi (dalam spesimen yang saya teliti) dengan baris atau sisir terbentuk dari 118 lamellae elastis tipis, miring schingga mengarah ke poros lebih panjang dari mulut. la tumbuh dari langit-langit mulut dan dihubungkan ddengan membran lentur pada sisi rahang bawah. Yang berdiri di tcngah ??? yang terpanjang, kurang lebih sepertiga inci panjang, dan menonjol 14 inci di bawah ujungnya. Pada bagian dasamya terdapat barisan tambahan lamellae pendek melintang miring. Dalam beberapa hal-ini, mereka menyerupai pelat tulang insang di mulut ikan paus.

Tetapi ke arah ujung paruh, mereka berbeda banyak, karena mengarah ke dalam, bukan ke bawah. Seluruh kepala bebek sekop, amat kurang besarnya kira-kira seperdelapan belas dari panjang kepala Balaenoptera rostrata. Dalam spesies itu, panjang tulang insangnya hanya sembilan inci, sehingga jika kita membuat kepala bebek sekop sama panjang dengan kepala Balnenoptera, lomellae akan menjadi panjang enam inci - yakni dua pertiga dari panjang 14 tulang insang dalam spesies ikan paus ini. Rahang bawah yang lebih rendah, dari bebek sekop dilengkapi dengan tamellae sama panjang dengan yang di atas. tetapi lebih halus. Dengan dilengkapi demikian, tampaknya ia nyata berbeda dari rahang bawah ikan paus, yang tak mempunyai lulang insang. Sebaliknya, ujung lamellae bawah mcnjadi terurai dalam ujung-ujung halus yang keras sehingga secara uneh menyerupai pelat tulang insang. Dalam genus Prion anggota famili Petrels hanya rahang atas dilengkapi lamellae, yang berkembang baik dan menonjol di bawah margin, sehingga paruh burung dalam hal ini menyerupai mulut ikan paus.

Dari struktur paruh bebek sekop yang lebih tinggi perkembangannya, kita dapat melanjutkannya, (seperti yang saya ketahui dari informasi dan spesimen yang dikirim kepada saya oleh Mr. Salvin), tanpa hambatan besar, sejauh terkait dengan kecocokannya untuk menapis melalui parub dari Merganetta armata, dan dalam beberapa hal melalui paruh Aix sponsa, ke paruh bebek biasa. Pada spesies terakhir ini, Iamellae lebih kasar daripada lamellae bebek sekop, dan kuat terpasang pada sisi-sisi rahang bawah. Jumlahnya hanya sekitar 50 pada setiap sisi dan sama sekali tidak menonjol di bawah margin. Mereka bertutup segi empat, dan berujung jaringan keras jernih, seolah-olah untuk mengunyah makanan. Ujung-ujung rahang bawah disilangi banyak garis-garis halus yang sedikit menonjol. Meskipun paruhnya tidak bagus sebagai penapis ketimbang paruh bebek. Sekop namun burung ini, seperti diketahui tiap orang, senantiasa menggunakannya untuk, maksud ini, Ada spesies-spesies lain. seperti saya dengar diri Mr. Salvin, Yang lamellae sangat kurang berkembang daripada bebek biasa, namun saya tidak tahu apakah mereka juga menggunakan paruh untuk menapis air.

Kita beralih ke kelompok lain keluarga yang sama. Pada angsa mesir (Chenalopex), paruhnya sangat menyerupai paruh bebek biasa, tetapi lamelleanya tidak begitu banyak, juga tidak tidak begitu berbeda satu dengan yang lain, tidak menonjol kedalam. Namun angsa Mesir ini, seperti saya diberitahu Mr. E. Bartlett."menggunakan paruhnya seperti bebek dengan menyemprotkan keluar pada sudut-sudut mulutnya", tetapi makanan utamanya adalah rumput yang ia telan di tembolok seperti angsa biasa. Pada angsa biasa. lamellae rahang bagian atas lebih kasar daripada bebek biasa, hampir bertemu, berjumlah sekitar 27 pada setiap sisi dan berujung di atas dalam tombol-tombot seperti gigi. Langit-langitnya juga ditutupi tombol-tombol bulat keras. Ujung rahang bawah bergerigi dengan gigi lebih bagus, lebih kasar, dan lebih tajam ketimbang gigi bebek. Angsa biasa tidak menapis air, tetapi menggunakan, paruhnya hanya untuk menyobek atau memotorig dedaunan Yang untuk maksud ini cocok, hingga ia dapat memotong rumput lebih cermat daripada hampir semua hewan lain. Ada spesies-spesies angsa lain, sebagaimana saya dengar dari Mr. Bartlett, Yang berlamellae kurang berkembang daripada milik angsa biasa.

Jadi kita mclihat bahwa suatu anggota famili bebek dengan paruh Yang dikontruksi seperti paruh angsa biasa dan disesuaikan semata-mata untuk merumput. atau bahwa Anggota dengan paruh berlamellae kurang bcrkembang, dapat dikonversi dengan perubahan kecil ke dalam spesies-spesies seperti angsa Mesir - ke dalam angsa seperti bebek biasa - dan akhirnya menjadi seperti bebek sekop dilengkapi paruh yang nyaris secara eksklusif disesuaikan untuk menapis air saja, karena burung ini hampir tidak menggunakan bagian manapun dari paruhnya, kecuali ujung yang bengkok, untuk menangkap atau mencabik kanan padat. Paruh angsa, kalau Saya boleh menambahkan, dapat juga dikonversi dengan perubahan-perubahan kecil, asalkan dengan gigi-gigi dilekuk ulang (recurved) yang menonjol seperti yang dimiliki Merganser (anggota famili yang sama), yang bertindak dengan maksud yang sangat berbeda yaitu menangkap ikan hidup-hidup.

Kembali ke ikan paus. Hyperoodon Bidens, tak mempunyai gigi Yang sesungguhnya datam kondisi efesien, tetapi langit-langit mulutnya kasar. seperti Lecepede, dengan tonjolan-tonjolan mirip tanduk keras, tidak rata, kecil. Oleh karena itu, tidak ada yang tidak mungkin dalam dugaan bahwa beberapa Cetacean dahulu dilengkapi dengan tonjolan-tonjolan seperti tanduk pada langit-langit, tetapi penempatannya lebih teratur, seperti tombot-tombol pada paruh angsa, membantunya dalam menangkap atau mencabik makanan. Bila demikian hampir tidak dipungkiri bahwa tonjolan-tonjolan itu mungkin telah dikonversi melalui variasi dan seleksi alam ke dalam lamellae, yang juga berkembang dengan baik seperti pada angsa Mesir, yang dalam kasus tersebut digunakan baik untuk menangkap objek maupun menapis air, kemudian mejadi lamellae seperti pada bebek peliharaan, dan begitu seterusnya, hingga terkonstruksi seperti pada bebek sekop, dalam hal ini sebagai alat penapis saja.

Dari tahap ini, ketika lamellae akan menjadi dua pertiga panjang pelat tulang insang dalam Balaenoptera rostrata, gradasi yang dapat diamati dalam catacean yang masih ada, menggiring kita maju terus sampai pelat sangat ??? tulang insang (baleen) dalam ikan paus Greenland. Tidak ada sedikit alasannya untuk meragukan bahwa setiap langkah dalam skala ini bermanfaat bagi Cetacean purba tertentu, dengan fungsi bagian-bagian yang perlahan-lahan berubah selama kemajuan perkembanganya, seperti juga gradasi dalam paruh anggota-anggota yang ada dari famili bebek. Hendaknya kita ingat, bahwa setiap speasies bebek mengalami struggle for existence, dan bahwa struktur setiap bagian kerangkanya harus disesuaikan benar dengan kondisi kehidupannya.

Pleuronectidae atau Ikan Pipih sangat menarik karena tubuh merekaa yang asimetris. Mereka bertumpu pada satu sisi - sejumlah besar spesiesnya pada sebelah kiri, tetapi beberapa pada sisi kanan, dan kadang-kadang teradi ??? dewasa yang terbalik. Permukaan yang bawah, atau permukaan tumpuan, menyerupai permukaan perut ikan biasa: berwarna putih, kurang berkembang ketimbang sisi atas, dengan sirip-sirip samping sering berukuran lebih kecil. Tetapi matanya menyajikan kekhasan yang amat menarik, karena keduanya ditempatkan pada sisi atas kepala. Namun, sewaktu masih kecil, matanya ??? saling berseberangan, dan seluruh tubuhnya simetris, dengan kedua sisi berwarna sama. Tak lama kemudian mata pada sisi bawah, mulai bergeser perlahan memutari kepala ke sisi atas, tetapi tidak langsung menembus tengkorak sebagaimana diduga semula. Jelas bahwa kecuali mata bawah bergeser, ??? dapat digunakan oleh ikan itu ketika berada pada posisinya yang biasa ??? satu sisi. Mata bawah juga rawan lecet oleh dasar air yang berpasir. Bahkan Pleuronectidae secara mengagumkan teradaptasi dengan struktur mereka??? datar dan usimctris karena kebiasaan hidup, adalah jelas dari beberapa spesies seperti ikan pipih soles, ikan pipih flounder dan sebaggaiya, yang sangat ???.

Jadi keuntungan utama yang diperoleh tampaknya adalah perlindungan terhadap musuh-musuhuya, dan kemudahan untuk mencari makanan di tanah. Namun anggota-anggota yang berbeda dari familinya menyajikan dinyatakan Scholodte: "Serangkaian panjang bentuk yang memparlihatkan transisi gradual mulai dari Hippoglossus pinguish, yang tidak berubah bentuk dalam tingkat yang berarti ketika ia meninggalkan ovum sampai menjadi ikan pipih (soles). yang seluruhnya bertumpu pada satu sisi."

Mr. Mivart telah mengamati hal ini dan nenyatakan bahwa suatu transformasi spontan yang tiba-tiba pada posisi mata hampir tidak dapat dibayangkain, dan ini sangat saya setujui. la kemudian menambahkan: "Bila perpindahan itu bersifatgradual, maka bagaimana perpindahan dari satu mata, dalam sekejap ke sisi kepala yang lain dapat menguntungkan individu, adalah memang jauh dari jelas. Bahkan tampaknya, transformasi pada tingkat awal tentulah agak menyakitkan". Tetapi mungkin ia telah menemukan jawaban atas keberatan ini dalam hasil penelitian sangat bagus yang dipublikasikan tahun 1867 oleh Malm. Pleuronectidae, ketika masih sangat muda dan masih simetris, dengan kedua matanya berada pada sisi berseberangan dari kepala, tidak dapat lama mempertahankan posisi vertikal, karena kedalaman berlebihan tubuh mereka, kecilnya ukuran sirip samping, dan ketiadaan gelembung renang. Oleh karena lalu lebih cepat lelah, mereka jatuh ke dasar air pada satu sisi. Lantas sambil diam istirahat, mereka sering memutar, seperti yang diamati Malm, mata bawah ke atas, untuk melihat ke atas. Ini mereka lakukan begitu giatnya sehingga mata ditekan keras-keras terhadap bagian atasnya. Kening di antara mata dengan sendirinya menjadi menciut sementara seperti dapat mudah dilihat. Pada suatu peristiwa, Malm melihat seekor ikan muda mengangkat dan menekan mata bawahnya dengan sudut sekitar 70 derajat.

Kita hendaknya ingat bahwa tengkorak pada tahap permulaan ini berupa tulang rawan lagi lentur, sehingga mudah dipengaruhi oleh gerakan otot yang kuat. Juga diketahui, pada hewan-hewan tingkat tinggi, bahkan pada umur amat muda, tengkorak mudah diatur dan diubah bentuknya, bila kulit atau otot secara permanen berkontraksi menjadi pendek lantaran suatu penyakit atau kecelakaan. Sehubungan dengan kelinci bertelinga panjang, bila satu kuping menjuntai ke depan dan ke bawah, berat tubuhnya akan menggeser semua tulang tengkorak pada sisi yang sama ke depan yang gambarannya telah saya berikan. Malm menyatakan bahwa anak ikan merah (perches), ikan salem, dan berbagai ikan simtris lainnya yang baru menetas memiliki kebiasaan untuk kadang-kadang betumpu pada satu sisi di atas dasar air, dan ia memperhatikan bahwa mereka kemudian sering menegangkan mata bagian bawah mereka untuk melihat ke atas, dan tengkoraknya menjadi agak benjol. Namur ikan-ikan ini segera mampu mengambil sendiri posisi vertikal dan dengan demikian tidak terdapat pengaruh permanen. Ikan Pleuronectidae, sebaliknya, makin tua makin biasa mereka bertumpu pada satu sisi, disebabkan olch makin pipihnya tubuh mereka, dengan begitu dihasilkan suatu pcngaruh permanen pada bentuk kepala dan kedudukan mata. Dilihat dari analogi, kecenderungan untuk menyimpang, tidak salah akan berkembang sesuai prinsip keturunan.

Schiodte yakin, dan dia bertentangan dengan beberapa naturalis, bahwa Pleuronectidae tidak benar-benar simetris, bahkan ketika ma sih embrio.bial memang demikian, kita dapat memahami bagaimana duduk perkaranya. Bahwa spesies-spesies tertentu, ketika muda, punya kebiasaan jatuh tertelungkup dan bertumpu pada sisi kini dan spesies lain pada sisi kanan. Malm menambahkan dengan memperkuat pandangan di atas, bahwa Trachypterus arcticus yang bukan anggota Pleuronectidae, bcrtumpu pada sisi kiri di dasar air, dan berenang secara diagoital mcnembus air, dan dalam ikan ini, kedua sisi kcpala dikatakan agak tidak sama. Seorang ahli yang punya otoritas besar tentang ikan, Dr. ??? menyimpulkan ringkasannya dari makalah Malm, dengan catatan: "Penulis mcmberikan suatu penjelasan yang sangat sederhana tentang kondisi abnormal Pleuronectidae".

Jadi, kita melihat bahwa tahap-tahap pertama perpindahan mata dari satu sisi kepala ke sisi lain, yang oleh Mr. Mivart dianggap tidak akan menyakitkan dapat dikembalikan pada kebiasaan. HaI ini tentulah bermanfaat bagi individu dan bagi spesies yang berusaha memandang ke atas dengan kedua mata, sambil bertumpu pada satu sisi di dasar air. Kita juga dapat mengembalikan dampak penggunaan mulut di berbagai jenis ikan pipih yang membengkok ke bawah dengan tulang-tulang lebih kuat dan lebih efektif pada sisi kepala tanpa mata ketimbang sisi yang lain. Menurut dugaan Dr. Traquair, ini demi memudahkan mencari makan di dasar air. Sebaliknya, keadaan tidak digunakan akan menjadi sebab kondisi seluruh interior separuh tubuhnya kurang berkembang termasuk sirip-sirip samping, meskipun Yarrell berpikir bahwa berkurangnya ukuran sirip-sirip ini menguntungkan ikan karena "begitu sempitnya ruang gerak mereke ketimbang dengan sirip yang lebih besar". Barangkali jumlah gigi yang lebih sedikit dalam perbandingan empat sampai tujuh di paruh atas dua rahang ikan hingga dua puluh lima sampai tiga puluh di paruh bawah, juga menjadi sebab tidak digunakan lagi. Dari keadaan tidak berwarnanya permukaan perur kebanyakan ikan dan banyak hewan lain, kita dapat dengan wajar menduga bahwa tiadanya warna pada ikan pipih di sisinya, apakah itu di kiri atau kanan terutama yang paling bawah, disebabkan olch tiadanya cahaya. Tetapi tidak dapat dianggap bahwa penampilan bintik-bintik khas dari sisi atas ikan piph soles, yang begitu mirip dasar laut berpasir, atau kemampuan yang dimiliki beberapa spesies, seperti yang buru-baru ini diperlihatkan oleh Pouchet, untuk berubah warna sesuai dengan warna sekelilingnya, atau adanya bonggol-bongol berduri pada sisi atas ikan turbot, juga disebabkan oleh pengaruh cahaya. Mungkin di sini seleksi alam telah memainkan perannya, juga dalam mengadaptasikan bentuk umum tubuh ikan, dan banyak kekhasan lain terhadap kebiasaan hidup mereka. Kita harus ingat, seperti sebelumnya saya singgung, bahwa dampak pewarisan peningkatan kegunaan bagian-bagian tubuh, dan barang kali juga dampak dari tidak digunakannya bagian-bagian itu lagi, diperkuat oleh seleksi alam. Sebab, semua variasi spontan ke arah yang benar akan dilestarikan, termasuk juga individu-individu yang mewarisi dampak penggunaan bagian tubuh yang paling menguntungkan dan meningkat di setiap bagian. Seberapa banyak porsinya dalam setiap keadaan, pengaruh lantaran penggunaan, dan seberapa bayak lantaran seleksi alam, tampaknya tidak mungkin dapat dipastikan.

Saya dapat memberi contoh lain, suatu struktur yang tampaknya berasal semata-mata dari penggunaan atau kebiasaan. Ekstremitas ekor pada beberapa kera Amerika telah berubah menjadi organ yang dapat memegang sempurna dan mengagumkan, serta bertindak sebagai tangan kelima. Scorang kritikus yang setuju dengan Mr. Mivart dalam segala hal, menyatakan tentang struktur ini "Tidaklah mungkin untuk bisa dipercaya bahwa dalam sejumlah abad, kecenderungan hasrat kecil pertama untuk mencengkeram dapat melestarikan kehidupan individu pemiliknya atau menguntungkan bagi keturunan keturunannya". Tetapi kita tidak harus mengiyakan keyakinan tersebut. Kebiasaan, dan ini hampir pasti mengimplikasikan bahwa suatu keuntungan besar atau kecil yang diperoleh, besar kemungkinan sudah cukup. Brehm melihat anak monyet Afrika (Cercopithecus) merangkul perut induknya dengan tangannya, dan bersamaan itu mencantelkan ekor kecilnya sekeliling ekor induknya.

Professor Henslow meneliti beberapa tikus sawah (Mus inessorius) yang tidak memiliki ekor yang dapat menggenggam secara alamiah, tetapi ia sering melihat bahwa ekor tikus itu dililitkan pada sekeliling cabang sernak-semak yang ditempatkan dalam kandang, jadi membantunya. memanjat. Saya telah menerima laporan serupa dari Dr. Gunter, yang telah melihat tikus yang menggantung dengan ekornya sendiri. Jika tikus sawah lebih hidup di pepohonan, kemungkinan ekornya secara alamiah dapat memegang, seperti halnya dengan beberapa anggota ordo yang sama. Mengapa Cercopthecus, mengingat kebiasaannya waktu muda, tidak diperlengkapi sesuai kebiasaan tersebut, memang sukar dijelaskan. Namun, mungkin bahwa panjang ekor kera ini dapat lebih melayaninya sebagai organ pengimbang dalam membuat lompatan luar biasa, ketimbang sebagai organ pemegang.

Kelenjar-kelenjar susu umum dimiliki semua binatang menyusui (mamalia), dan bersifat mutlak untuk keberadaannya. Karena itu kelenjar-kelenjar tersebut tcntulah sudah mulai berkembang sejak dahulu kala, dan kita tidak tahu apapun secara positif tentang cara pengembangannya. Mr. Mivart bertanya: "Dapatkah dibayangkan bahwa anak hewan apapun pernah tertolong dari kebinasaan dengan terkadang secara kebetulan menghisap setetes cairan bergizi dari ?? kelenjar kulit yang membesar? Dan bila demikian, peluang apa yang ??? pelestarian suatu variasi demikian?" Tetapi kejadian ini tidak selalu ??? Disetujui oleh kebanyakan penganut evolusi bahwa hewan menyusui ??? dari bentuk binatang berkantung (marsupial), dan bila demikian halnya ??? kelenjar susu pada permulaannya telah dikembangkan di dalam kantung tersebut. Dalam hal ikan Hippocampus, talurnya ditetaskan, dan anak-anaknya dibesarkan untuk sementara waktu didalam kantong itu. Dan seorang ??? Amerika, Mr. Lezkwood yakin, dari apa yang telah dia lihat dari perkembangan anak-anak ikan itu bahwa mereka diberi makan oleh suartu sekresi ??? kelenjarkulit dalam.

Sekarang sehubungan dengan nenek moyang awal hewan menyusui ??sebelumnya mereka disebut demikian, bukanlah paling mustahil bahwa anak-anaknya diberi makan secara serupa? Dan dalam hal ini, individu yang mengeluarkan ??? yang dalam satu atau lain cara amat bergizi, sehingga mendekati sifat susu, dalam jangka panjang akan memperbesar jumlah keturunan mereka dengan cara cairan, bergizi ketimbang individu yang mengeluarkan cairan yang miskin gizi. Jadi kelenjar yang sesuai dengan kelenjar susu, tentu lebih baik efektif. Hal ini sesuai dengan prinsip spesilisasi yang diperluas, bahwa kelenjar-kelenjar yang menempati ruang tertentu dari kantung harus berkembang lebih tinggi daripada yang lain. Dan mereka kemudian akan membentuk buah dada, tetapi pada permukaan ??? puting, seperti kita lihat dalam Ornithorhyncus, pada dasar serial hewan menyusui. Melalui kelenjar-kelenjar yang melewati ruang tertentu yang makin tinggi terspesialisasi daeri pada yang lain, saya tidak berpretensi untuk mampu memutuskan apakah sebagian terjadi melalui kompensasi pertumbuhan, pengruh penggunaan ataukah seleksi alam.

Perkembangan kelenjar-kelenjar susu mingkin tidak secara terpisah, dan seharusnya tidak dapat dipengaruhi oleh seleksi alam, kecuali keturunannya pada waktu yang sama mampu mengambil bagian dalam sekres. Tidak ada kesulitan besar untuk memahami bagaimana anak-anak hewan menyusui secara nakuriah telah belajar menghisap buah dada, ketimbang memahami bagaimana anak ayam yang mau menetas belajar memecahkan bungkus telur dengan mengetuk-mengtuk diding telur dengan peruh khusus yang telah disesuaikan. Atau bagaimana beberapa jam detelah meninggalkan bungkusny, mereka belajar mematuk butir-butir pakan. Dalam hal-hal demikian, solusi yang paling ???tampaknya bahwa kwbiasaan itu mula-mula diperoleh dengan praktek pada ??? lebih lanju, dan kemudian diteruskan pada keturunannya pada umur lebih awal. Akan tetapi anak kanguru dikatakan tidak terhisap, hanya menempel pada puting ibunya, yang memiliki kekuatan menginjeksikan susu dalam mulu anak-anaknya yang tek berdaya dan belum berbentuk sempurna. Tantang soal ini. Mr Mivart mengajukan pendapatnya :"Jika tanpa ada yang khusus, anak hewan mamalia itu Pasti tercekik oleh masuknya susu ke dalam saturan napasnya. Tatapi ada penyesuaian khusus, bahwa jakunnya begitu memanjang hingga naik ke atas sampai ke ujung saluran napasnya (Nasal), dengin demikian dibuatlah jalan masuk bebas pada udara untuk paru-paru, sedangkan susu akan lewat tanpa hambatan di setiap sisi jakun yang memanjang, dan aman sampai di kerongkongan yang terletak di belakangnya." Mr. Mivart lebih jauh lagi mempertanyakan bagaimana scleksi alam meniadakan pada kanguru dewasa (dan pada kabanyakan binatang menyusul lain, dengan asumsi bahwa. mereka adalah keturunan bentuk berkantong), struktur yang sama sekal; tidak berbahaya dan tak merugikan?" Harap diingat dalam menjawabnya, bahwa suara yang pasti sangat penting bagi banyak hewan, hampir tidak digunakan senenuhnya selama jakun memasuki saturan pernafasan dan Professor Flower telah mengingatkan kepada. saya bahwa struktur ini tidak akan mengganggu seekor hewan dalam menelan makanan padat.

Sekarang kita akan berpaling sebentar ke bagian kecil dunia hewan rendahan. Echinodermata (ikan, landak laut, dan sebagainya) diperlengkapi organ-organ luar biasa, yang dinamakan pedicellariae, yang bila berkembang baik, terdiri dari forsep tridactyle, yakni lengan berbentuk satu atau tiga tangan terpisah. yang bentuknya sama dan rapih, yang ditempatkan pada puncak tangkai lentur, digerakkan oleh otot otot. Forsep ini dapat menangkap kencang-kencang objek apapun. Dan Alexander Agassiz telah melihat Echinus atau landak laut dengan cepat melewati partikel kotoran dari forsep ke forsep menuruni saluran-saluran tertentu tubuhnya, agar rumah kerangnya tidak dikotori. Tetapi tidak diragukan bahwa selain menyingkirkan segala macam kotoran, mereka juga menjalankan fungsi lain dan salah satu yang tampak adalah fungsi Pertahanan.

Mengenai organ ini. Mr. Mivart. seperti pada banyak kesempatan sebelumnya juga bertanya. “apa kegunaan awal mula struktur rudimenter tersebut dan bagaiman tunas-tunas awal itu dapa melestarikan kehidupan seekot Echinus tunggal?" la menambahkan. "Bahkan perkembangan tiba-tiba dari gerak mencengkam dan mematahkan akan menguntungkan dia tanpa penyangga. Yang dapat bergerak bebas, kalaupun ada penyangga, apakah dapat berfungsi efesien tanpa rahang-rahang yang kuat untuk mendukungnya." Namun tidak ada variasi kecil yang tak terbatas, dapat serentak membangun koordinasi struktur serumit ini secara lambat laun. Memungkiri hal ini sama artinya dengan meneguhkan Mr. Mivart, forsep-forsep tridactyle yang telah terpasang tak dapat digerakkan pada dasarnya tetapi mampu membuat gerak mematahhan, sudah tentu terdapat pada beberapa bintang laut, hal ini dapat dipahami bila forsep tersebut berlaku, maka paling tidak sebagian sarana pertahanan. Mr. Agassiz, yang atas.

dipendekkan untuk mendukung dua yang lain; dan lagi generasi lain yang lengan ketiganya sama sekali tidak ada. Pada Echinoneus, rumah kerangnya digambarkan oleh M. Perrier sebagai pembawa dua jenis pedicellariae, satu menyerupai yang ada pada Echinus dan yang lain menyerupai Spatangus, dari hal-hal tersebut selalu menarik sebagai pemberi sarana transisi mendadak, melalui aborsi satu atau dua organ.

Mengenai langkah-langkah perkembangan organ-organ aneh ini, Mr. Agassiz menarik kesimpulan dari penelitiannya sendiri dan penelitian Mr. Muller bahwa dalam bintang laut dan landak laut, pedicellariae-nya tanpa diragukan dahulu berfungsi sebagai tulang punggung yang kemudian termodifikasi. Hal ini dapat disimpulkan juga dari cara mereka berkembang di dalam individu, juga dari rangkaian panjang gradasi sempurna pada spesies dan genera yang berbeda dari glanula-glanula sederhana menjadi tulang pungung biasa, guna penyempurnaan tridactye pedicellariae. Gradasi-gradasi itu bahkan meluas sampai ke cara dari mana tulang pungung biasa dan pedicellariae berpenunjang batang-batang berzat kapur disatukan dengan penyambungan pada rumah kerang.

Dalam genera bintang laut tertentu, “kombinasi yang betul-betul diperlukan untuk memperlihatkan bahwa pedicellariae hanyalah tulang punggung cabang yang dimodifikasi” dapat ditemukan. Jadi ada tulang pungung tetap dengan tiap cabang terpisah equi-distant (dengan jarak sama) disatukan sampai hampir pada dasarnya; dan lebih ke atas pada tulang punggung yang sama, tiga cabang lain dapat digerakkan. Sekarang, bila yang disebut terakhir ini timbul dari tulang punggung, mereka membentuk sebenarnya suatu tridactyle pedicellariae yang kasar, dan hal tersebut dapat dilihat pada tulang punggung yang sama bersama dengan tiga cabang bawah. Dalam hal ini, identitas antara lengan pedicellariae dan cabang tulang punggung yang dapat digerakkan, itu pasti. Secara umum diakui bahwa tulang pungung biasa bertindak sebagai pelindung. Dan bila demikian, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa mereka yang dilengkapi cabang terpisah dan dapat digerakkan berfungsi serupa untuk maksud-maksud yang sama, dan dengan demikian bertindak makin efektif, secepat pertemuan mereka bertindak sebagai alat pemegang atau alat pematah. Jadi setiap gradasi mulai dari tulang punggung tetap biasa, hingga pedicellariae tetap akan bermanfaat.

Pada genera bintang lau tertentu, organ-organ ini, alih-alih terpasung atau berada di atas suatu sandaran yang tidak dapat digerakkan, ditempatkan diatas puncak penyanga lenturdan kokoh, meskipun pendek. Dalam kasus ini mereka menjalankan beberapa fungsi tambahan, selain fungsi pertahanan. Pada landak laut tahap-tahapnya dapat diikuti, yang tulang punggungnya tetap disatukan dengan kerang-kerang dengan demikian dianggap dapat bergerak. Seandainya ruang memungkinkan saya ingin memberikan ringkasan menarik yang lebih lengkap dari observasi Mr. Agassiz tentang perkembangan pedicellariae. semua gradasi yang mungkin, setagaimana ia tambahkan, dapat juga ditemukan Intara pedicellariae bintang laut dan pengait-pengait pada Ophurians dari kelompok Echinodermara, dan juga antara pedicellariae landak laut dan jangkar Holothuriae, yang juga termasuk dalam kelas besar yang sama.

Hewan-hewan campuran tertentu, atau zoophytes sebagaimana diistilahkan, yakni polyzoa dilengkapi organ-organ aneh, yang dinamakan avicularia. Ini berbeda banyak dalam struktur pada spesies-spesies yang berbeda. Dalam kondisi mereka yang paling sempurna, mereka anehnya mirip kepala dan paruh seperti juga rahang bawah (mandible) dan dapat bergerak. Pada satu spesies yang saya amati, semua avicularia di cabang yang sama sering bergerak screntak maju-mundur dengan rahang bawah terbuka lebar bersudut sekitar 900, dalam waktu lima detik. Gerakan mereka membuat seluruh polyzoary bergetar. Bila rahang disentuh dengan jarum mereka menangkapnya begitu keras sehinga cabangnya bergoyang.

Mr. Mivart mengemukakan kasus ini, terutama karena diduga ada kesulitan pada organ, yaitu avicularia pada Polyzoa dan pedicellariae pada Echinodennata yang ia anggap “pada dasarnya serupa” telah dikembangkan melalui seleksi alam di divisi-divisi berbeda yang luas dalam dunia hewan. Akan tetapi sejauh berkaitan dengan struktur, saya tidak dapat melihat kesamaan antara tridactyle pedicellariae dan avicularia. Yang disebut terakhir agak lebih dekat menyerupai chelae mau penjepit pada Crustacea dan Mr. Mivart mungkin telah mengemukakan dengan cara yang sama, kemiripan ini sebagai suatu kesulitan khusus; atau bahkan, kemiripan mereka dengan kepala dan paruh burung. Avicularia diyakini oleh Mr. Busk, Dr. Smitt dan Dr. Nitsche – pakar-pakar naturalis yang telah saksama meneliti kelompok ini – adalah homolog dengan zooids dan sel-selnya yang menyusun zoopyte. Bibir atau kelopak sel dapat bergerak sesuai dengan rahang bawah dan dapat bergerak dari aviacularium. Namun Mr. Busk tidak tahu tentang gradasi yang ada sekarang antara zooid dan avicularium. Maka tidak mungkin untuk menerka gradasi apa yang dapat membuat yang satu dapat berubah menjadi yang lain. Tetapi dari hal ini sama sekali tidak berarti bahwa gradasi demikian tidak ada.

Karena chelde pada Crustacea dalam beberapa hal menyerupai avicularia pada polyzoa, keduanya berlaku sebagai penjepit, mungkin patut untuk diperlihatkan, bahwa pada chelae, suatu rangkaian panjang gradasi yang berfungsi masih ada. Pada tahap pertama dan paling sederhana, segmen kaki terakhir menutup di atas puncak persegi segmen kedua dari belakang yang luas, satu sisi utuh, jadi memungkinkan menangkap suatu objek. Tetapi kaki tersebut masih berfungsi sebagai organ daya gerak dari satu tempat ke tempat lain. Kita kemudian menemukan satu sudut dari segmen kedua dari belakang yang luas yang agak menonjol kadang-kadang dilengkapi dengan gigi-giginya tidak teratur. Pada gigi ini segmen akhir menutup. Melalui peningkatan ukuran proyeksi ini, dengan bentuknya, juga proyeksi segmen akhir agak termodifikasi, dan diperbaiki, penjepit makin lama makin sempurna hingga akhirnya kita memiliki suatu piranti yang sama efisiennya dengan chelae udang laut, dan semua gradasi ini dapat di ikuti jejaknya dengan nyata.

Disamping avicularia, Polyzoa memiliki organ-organ aneh yang dinamakan vibracula. Organ-organ ini pada umumaya terdiri dari bulu-bulu keras yang panjang, mampu bergerak dan mudah terangsang. Dalam satu spesits yang saya teliti, vibracula sedikit bengkok dan bergerigi sepanjang margin luarnya dan semuanya pada polyzoary yang sama sering bergerak serentak, sehingga berfungsi seperti dayung panjang. Mereka menyapu sebuah dahan cepat-cepat melintasi kaca mikroskop saya. Ketika suatu dahan ditempatkan di permukaannya, vibracula menjadi terjerat dan berusaha keras membebaskan diri. Diduga mereka bertindak sebagai upaya pertahanan diri dan dapat dilihat seperti itu, sebagaimana pendapat Mr. Busk, “Untuk menyapu perlahan-lahan dan hati-hati di atas permukaan polyzoary untuk menyingkirkan apa yang dapat merusak para penghuni rentan set-sel bila sungut-sungutnya keluar.” Avicularia seperti vibracula, barangkali bertindak sebagai alat pertahanan, tetapi mereka juga menangkap dan membunuh hewan-hewan hidup, yang kemudian tersapu oleh arus dalam jangkauan sungut-sungut zooid. Beberapa spesies diperlengkapi dengan avicularia dan vibracula, beberapa dengan avicularia saja.

Adalah tidak mudah menggambarkan dua objek yang berbeda jauh dalam penampilan daripada bulu keras atau vibraculum dan avicularium seperti kepala burung. Namun mereka hampir pasti sesuai dan telah dikembangkan dari sumber yang sama, yaitu zooid dengan selnya. Karena itu kita dapat memahanui bagaimana organ-organ itu, dalam beberapa kasus berkembang gradual seperti diinformusikan kepada saya oleh Mr. Busk, menjadi mirip satu sama lain. Jadi pada avicularia berbagai spesies Lepralia, rahang bawah yang dapat bergerak begitu banyak dibuat, begitu pula bulu keras, sehingga keberadaan paruh sendiri yang atas atau paruh tetap, berlaku untuk menentukan sifat avicularianya. Vibracula mungkin telah dikembangkan dari bribir sel-scl tanpa melewati tahap avicularia. Tetapi tampaknya lebih mungkin bahwa mereka telah melewati tahap ini karena selama tahap awal transformasi, bagian-bagian lain dari sel termasuk zooid, hampir tidak menghilang seketika.

Dalam banyak hal, vibracula memiliki penyangga beralur di dasarnya, yang tampaknya mewakili paruh tetap. Meskipun penyanga ini dalam beberapa spesies sama sekali tidak ada. Pandangan tentang perkembangan vibracula ini bila dapat dipercaya, adalah menarik, karena andaikan semua spesies yang dilengkapi avicularia telah punah, tidak ada orang dengan imajinasi yang paling hidup sekalipun akan pernah berpikir bahwa vibracula berasal dari bagian organ yang menyerupai kepala burung atau kotak atau kopiah yang tidak teratur. Adalah menarik untuk melihat dua organ yang demikian jauh berbeda ini dikembangkan dari satu sumber. Dan karena bibir sel yang dapat digerakkan berlaku sebagai perlindungan bagi zooid, tidak ada kesulitan untuk meyakini bahwa semua gradasi yang mengubah bibir lebih dahulu menjadi rahang bawah kemudian menjadi bulu kasar panjang yang juga berlaku sebagai perlindungan dalam cara dan keadaan yang berbeda.

Dalam dunia tetumbuhan Mr. Mivart hanya menyinggung dua kasus, yakni Struktur bunga anggrek dan gerakan tanaman merambat. sehubungan dengan yang pertama, ia berkata “Penjelasan tentang asal-usul mereka boleh dianggap sama sekali tidak mernuaskan – sangat tidak cukup untuk menjelaskan permulaan awal kecil struktur-struktur berguna yang baru terbentuk yang baru berguna setelah mereka cukup berkembang.” Karena saya telah mengupas subjek ini sepenuhnya dalam karya lain, di sini saya hanya akan memberikan beberapa rincian mengenai satu kekhasan saja dari yang paling menarik, yaitu bunga anggrek. Sebuah tepung sari anggrek, bila sangat subur, terdiri dari butir-butir tepung sari yang menempel pada suatu caudicle (penyangga kaki), dan ini menempel pada ketul (massa kecil) zat yang sangat kental. Pollinia (ketul tepung sari) dengan sarana ini diangkut oleh serangga dari satu bunga ke bunga yang lain. Pada beberapa anggrek tidak terdapat caudicle (ekor tepung sari) pada massa tepung sari dan butir-butir hanya diikat menjadi satu oleh benang halus. Tetapi karena hal ini tidak terbatas pada, anggrek saja, tidak perlu dipertimbangkan di sini. Namun boleh saya mengatakan bahwa pada dasar seri anggrek, dalam Cypripedium kita dapat melihat bagaimana benang-benang berkembang untuk pertama kali. Dalam kasus yang lain benang-benang berpaut pada satu ujung ketul tepung sari. Dan ini membentuk jejak awal timbulnya ekor tepung sari. Bahwa ini adalah asal mula ekor tepung sari, bahkan bila sudah sangat panjang dan cukup berkembang, kita memiliki bukti yang baik dalam butir-butir tepung sari yang gugur, yang kadang-kadang dapat ditemukan tertanam dalam di pusat dan bagian-bagian yang padat.

Dalam hubungan dengan kekhasan utama kedua, yaitu massa kecil (ketul) zat kental yang menempel pada ujung ekor tepung sari, serangkaian panjang gradasi dapat dirinci, masing-masing berguna bagi tanaman. Pada kebanyakan bunga yang termasuk ordo lain, putiknya mengeluarkan sedikit zat kental. Nah pada anggrek tertentu zat kental yang sama dikeluarkan, telapi dalam kualitas lebih besar, oleb satu saja dari tiga kepala putik. Dan kepala putik ini barangkali karena cairan yang berlimpah, dinyatakan steril. Bila serangga mendatangi bunga semacam itu ia meninggalkan sedikit zat kental tersebut dan pada waktu sama membawa beberapa butir putik sari. Dari kondisi yang sederhana ini yang berbeda sedikit dari yang ada pada sejumlah besar bunga biasa, gradasi sangat banyak – sampai spesies-spesies yang massa putiknya berubah menjadi caudiclenya pendek yang bebas – sampai lainnya. Yang caudiclenya lalu tertempel kuat pada zat kental. 'sedangkan kepala putik steril sendiri banyak dimodifikasi. Dalam hal yang terakhir ini terdapat tepung sari dalam kondisi yang berkembang tinggi dan sempurna. Orang yang ingin meneliti bunga anggrek dengan seksama untuk dirinya sendiri tidak akan menyangkal kebenaran seri-seri gradasi di atas – dari massa butir-butir tepung sari yang hanya terkait dengan benang, dengan kepala putik berbeda sedikit daripada yang terdapat pada bunga biasa, sampai ke pollinium yang sangat rumit, dan secara mengagumkan teradaptasi untuk dibawa serangga. Ia juga tidak akan menyangkal” bahwa semua gradasi pada berbagai spesies secara mengagumkan beradaptasi, dengan struktur umum setiap bunga, demi penyerbukannya oleh serangga yang berbeda. Dalam hal ini dan dalam hampir semua kasus lain, pertanyaannya dapat didesak lebih lanjut ke belakang bagaimana kepala putik bunga bisa, menjadi kental? Tetapi karena kita tidak tahu seluruh sejarah setiap kelompok makhluk yang ada, hal tersebut tidak berguna untuk ditanyakan, karena sia-sialah bagi kita untuk mencoba rnenjawab pertanyaan demikian.

Sekarang kita kembali ke tanaman merambat. Tanaman ini dapat disusun dalam seri yang panjang, dari tanaman yang secara sederhana meliliti suatu penyangga, hingga apa yang saya namakan pemanjat daun yang dilengkapi sulur. Dalam dua kelas terakhir ini, tangkai-tangkainya secara umum (tidak selalu) kurang daya lilitnya, meskipun memiliki daya mengitari yang juga dimiliki serupa oleh sulur. Gradasi dari pemanjat daun hingga pembawa sulur sangat dekat dan beberapa tanaman tertentu dapat dimasukkan begitu saja dalam salah satu kelas. Tetapi dalam urutan seri ke atas dari pelilit sederhana hingga daun pemanjat, kualitas penting dapat ditambahkan, yaitu kepekaan terhadap sentuhan, yang artinya penyangga kaki daun atau bunga, atau yang dimodifikasi menjadi sulur, digetarkan untuk membelok memutar dan memeluk objek yang menyentuhnya. Orang yang membaca risalah saya tentang tanaman-tanaman ini saya kira akan setuju bahwa semua gradasi dalam fungsi dan struktur antara sulur-sulur sederhana dan pembawa sulur dalam setiap kasus menguntungkan dalam derajat tinggi bagi spesies. Misalnya jelas sangat berguna bagi tanaman melilit untuk menjadi pemanjat daun dan ada kemungkinan bahwa setiap pelilit yang memiliki daun dengan penyangga kaki yang panjang seharusnya berkembang menjadi pemanjat daun, andaikan penyangga kakinya memiliki, dalam derajat rendah, kepekaan yang diperlukan terhadap sentuhan.

Karena melilit adalah cara yang paling sederhana untuk menaiki suatu adaran, dan merupakan dasar bagi seri kita, wajarlah ditanyakan, bagaimana tanaman memperoleh daya ini dalam tingkat awal, untuk setelah itu diperbaiki dan ditingkatkan melalui seleksi alam. Daya melilit tergantung; pertama, batang yang ketika muda sangat lentur (tetapi ini adalah sifat umum banyak tanaman yang bukan pemanjat), dan kedua, pada pelengkungan terus-menerus, semua titik satu persatu bergantian, dalam urutan yang sama. Dengan ini, batang-batang condong ke semua sisi, dan bergerak memutar dan memutar. Secepat bagian bawah batang menyentuh objek apapun lalu berhenti, bagian atas masih terus saja membelok dan memutar dengan dendemikian terus melilit mengitari sandaran. Gerakan memutar berhenti setelah perlumbuhan awal dari setiap tunas. Seperti pada banyak famili tanaman yang jauh terpisah, spesies tunggal dan genera tunggal memiliki daya memutar, dan dengan demikian menjadi melilit. Mereka harus secara independen memperolehnya, dan tidak dapat mewarisinya dari nenek moyang bersama.

Oleh karena itu saya terdorong untuk meramalkan bahwa suatu kecenderungan ringan ke gerakan sejenis ini adalah hal biasa pada tanaman yang tidak memanjat, dan hal ini menjadi dasar bagi seleksi alam untuk terus bekerja dan memperbaiki. Waktu saya membuat ramalan ini, saya hanya tahu satu kasus, yang tidak sempurna, yakni peduncles (bunga muda Maurandia) yang sedikit memutar dan tidak teratur, seperti ranting tanaman melilit, tetapi tanpa memanfaatkan apapun dari kebiasaan ini. Segera kemudian Fritz Muller menemukan bahwa ranting-ranting muda Alisma dan Linum – tanaman yang idak memanjat dan terpisah jauh dalam sistem alam – berputar juga, meskipun tidak teratur. Dan ia menyatakan bahwa ia mempunyai alasan untuk menganggap bahwa hal ini terjadi pada tanaman-tanaman lain. Gerakan ringan ini tampaknya tidak berguna bagi tanaman yang dimaksud; bagaimanapun gerakan itu tidak berguna sama sekali dalam hal cara memanjat, yang merupakan fokus diskusi dia. Meskipun demikian, kita dapat melihat bahwa bila ranting-ranting tanaman mudah lentur dan bila dalam kondisi yang dialaminya dimanfaatkan untuk naik ke suatu ketinggian, maka kebiasaan memutar ringan secara tidak teratur mungkin telah meningkat dan dipergunakan melalui seleksi alam, hingga menjadi spesies melilit yang berkembang dengan baik.

Dalam hubungan dengan kepekaan penyangga kaki daun dan bunga serta sulur, pernyataan yang hampir sama dapat diterapkan seperti dalam kasus gerakan memutar tanaman melilit. Karena sejumlah besar spsies yang termasuk dalam kelompok yang berbeda jauh dibekali dengan kepekaan sejenis ini, maka seharusnya ditemukan juga dalam keadaan mulai berkembang di banyak tanaman yang tidak menjadi pamanjat. Inilah kasusnya, saya perhatikan bahwa tangkai bunga muda dari Maurandia di atas, melengkung sendiri sedikit ke sisi yang disentuh. Morren menernukan pada beberapa spesies Oxalis bahwa daun dan penyangga kaki bergerak, terutarna setelah terkena panas matahari, jika mereka dengan halus dan berulang-ulang disentuh atau bila tanaman digoyang. Saya mengulangi pengamatan ini pada beberapa spesies Oxalis dengan hasil sama. Pada beberapa di antara mereka gerakannya nyata, tetapi terlihat paling baik pada daun muda, pada daun yang tua sangat sedikit. Adalah fakta yang jauh lebih penting bahwa menurut pakar terkemuka Hofmeister, tunas-tunas muda dan daun semua tanaman bergerak setelah digoyang dan pada tanaman memanjat seperti kita tahu, hanya selama tahap awal pertumbuhanlah penyangga akar dan sulur-sulurnya peka.

Tipis kemungkinan tipis bahwa gerakan ringan di atas disebabkan oleh sentuhan atau goncangan pada organ muda yang sedang tumbuh, dapat merupakan suatu fungsi penting. Tetapi tanaman memiliki dengan mengikuti berbagai rangsangan, daya gerak yang nyata-nyata penting bagi mereka. Misalnya. menghadapi, dan lebih jarang berpaling dari cahaya yang datang menyorotinya dan yang lebih jarang lagi mengarah ke tarikan gaya gravitasi. Bila saraf dan otot hewan dirangsang dengan galvanisme atau dengan penyerapan strychnine, gerak yang dihasilkan dapat dinamakan suatu hasil kebetulan, karena saraf dan otot tidak diberi kepekaan khusus pada rangsangm ini. Demikian juga dengan tanaman tampak bahwa, dari memiliki daya gerak yang rnengikuti perangsangan tertentu, mereka lalu terangsang secara kebetulan oleh sentuhan, atau karena digoyangkan. Oleh karena itu tidak ada kesulitan untuk mengakui bahwa dalam hal pemanjat daun dan pembawa sulur kecenderungan inilah yang telah dimanfaatkan dan diperbesar melalui seleksi alam. Namun, adalah mungkin.dari alasan-alasan yang telah saya sebutkan dalam risalah saya, bahwa hal ini hanya terjadi pada tanaman yang sudah memperoleh daya putar, dan dengan demikian menjadi pelilit.

Saya telah berupaya menjelaskan bagaimana tanaman menjadi pelilit melalui peningkatan kecenderungan gerakan-gerakan ringan yang lidak teratur yang semula tidak berguna baginya. Gerakan ini, maupun gerakan karena sentuhan atau goyangan adalah hasil daya gerak yang diperoleh untuk tujuan-tujuan lain dan berguna. Apakah, selama perkembangan gradual tanaman memanjat, seleksi alam telah dibantu oleh dampak penggunaan yang diwariskan saya tidak berpretensi untuk coba menetapkannya. Tetapi kita tahu bahwa beberapa gerakan periodik tertentu tanaman, misalnya apa yang disebut tidurnya tanaman, diatur oleh kebiasaan.


Demikianlah, saya telah cukup barangkali lebih dari cukup, mengulas dari kasus-kasus yang dipilih dengan seksama oleh para naturalis handal, untuk membuktikan bahwa seleksi alam tidak mampu menerangkan tahap-tahap awal struktur yang berguna dan saya berharap telah memperlihatkan, bahwa tidak ada kesulitan besar ada soal ini. Jadi suatu kesempatan yang baik telah diberikan untuk memperbesar gradasi struktur yang sering dikaitkan dengan perubahan fungsi – suatu subjek penting yang tidak dibahas cukup panjang dalam edisi sebelumnya karya ini. Saya sekarang akan merekapitulasi secara ringkas hal-hal di atas.


Pada Jerapah, pelestarian individual terus menerus pada beberapa binatang pemamah biak, yang memiliki leher, kaki dan sebagainya yang amat panjang, dan dapat makan dedaunan yang letaknya sedikit di atas tinggi rata-rata, serta kebinasaan rnereka yang tidak dapat makan dari tempat yang begitu tinggi, adalah cukup untuk dijadikan alasan menghasilkan binatang berkaki empat yang luar biasa ini. Tetapi penggunaan semua bagian tubuh yang diperpanjang ini, persamaan dengan warisan, akan sangat membantu koordinasinya.

Mengenai banyak serangga yang mengimitasi berbagai hewan lain, tidak ada kemustahilan dalam keyakinan saya, bahwa kemiripan secara kebetulan dengan suatu objek, dalam setiap kasus merupakan fundamen bagi kerja seleksi yang karena disempumakan melalui pelestarian variasi ringan yang sesekali terjadi yang membuat kemiripan sama persis dan ini akan dilakukan terus selama serangga terus-menerus berubah dan selarna kemiripan makin sempurna membawanya lepas dari penglihatan musuh.

Pada spesies ikan paus tertentu ada kecenderungan untuk pembentukan titik-titik kecil dari tanduk yang tidak beraturan pada langit-langit mulut. Dan tampaknya betul di dalam rangka seleksi alam untuk melestarikan semua variasi yang menguntungkan sampai titik-titik diubah, pertama kali menjadi bercak (knob) berlamel atau gigi, seperti yang terdapat pada paruh angsa - kemudian di dalam lamellae pendek sesempurna seperti pada bebek sekop - dan akhimya menjadi pelat sangat besar, seperti dalam mulut ikan paus Greenland. Dalam famili bebek, lamellac pertarna digunakan sebagai gigi. kemudian.sebagian sebagai gigi, sebagian sebagai alat penapis, dan akhimya semata-mata untuk penapis saja.

Dengan struktur seperti di atas, lamellae tanduk atau tulang ikan paus. kebiasaan atau penggunaannya berarti kecil atau tidak berarti, menurut pertimbangan kita, terhadap perkembangannya. Sebaliknya, penggeseran mata bawah ikan pipih ke sisi atas kepala, dan terbentuknya ekor yang dapat memegang, dapat ditelusur hampir seluruhnya pada penggunaan terus-menerus dan pada pewarisan.

Tentang mammae (susu) dari hewan yang lebih tinggi, perkiraan yang paling mungkin adalah bahwa semula kelenjar kulit seluruh permukaan berkantung mengeluarkan cairan bergizi, dan bahwa kelenjar-kelenjar ini ditingkatkan fungsinya melalui seleksi alam, dan dipusatkan dalam areal terbatas membentuk mammae (susu).

Maka, tidak ada kesulitan lagi dalam memahami bagaimana tulang pun bercabang beberapa Echinodermata purba. yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri, berkembang melalui seleksi alam menjadi tridacryle pedillariae. ketimbang memahami perkembangan penjepit Crustacea. melalui modifikasi ringan yang akhirnya berguna pada segmen-segmen kaki kedua dari belakang yang semula digunakan semata-mata untuk bergerak.

Disamping organ avicularia dan vibracula pada Polyzoa, terdapat organ-organ lain yang jauh berbeda dalam penampilan yang dikembangkan dari sumber yang sama. Dan pada vibracula kita dapat memahami bagaimana gradasi berturut-turut mungkin dapat berguna.

Pada tepung sari Anggrek, benang-benang aslinya bertindak mengikat butir-butir tepung sari, dapat dilacak bergumpal di dalam ekor tepung sari, dan langkah langkah yang sama dapat diikuti dengan zat kental, seperti yang dikeluarkan oleh kepala putik bunga biasa. dan masih berfungsi hampir sama, tetapi untuk tujuan yang tidak persis sama, tetapi melekat pada ujung bebas ekor (caudicle) tepung sari, semua gradasi ini mendatangkan manfaat yang jelas bagi tanaman yang dimaksud. Mengenai tanaman pemanjat, saya tidak perlu mengulangi apa yang baru saja saya katakan.

Sudah sering ditanyakan, bahwa bila seleksi alam begitu berkuasa, mengapa struktur ini atau itu tidak diperoleh spesies-spesies tertentu, yang tampaknya bakal bermanfaat? Tidaklah masuk akal mengharapkan jawaban yang pasti tepat terhadap pertanyaan tersebut mengingat ketidaktahuan kita tentang sejauh setiap spesies dan kondisi-kondisi yang sekarang ini menentukan jumlah ruang lingkupnya. Dalam kebanyakan kasus hanya alasan-alasan umum, tetapi dalam beberapa kasus, alasan-alasan khusus dapat ditunjukkan. Jadi, untuk adaptasi spesies terhadap kebiasaan hidup baru, banyak modifikasi terkoordinasi hampir tak dapat dihindari dan sering terjadi bahwa bagian-bagian yang diperlukan tidak berubah secara benar atau pada derajat yang benar. Banyak spesies yang peningkatan jumlahnya telah dicegah oleh agen-agen yang merusak yang tidak ada kaitannya dengan struktur tertentu yang kita bayangkan akan diperoleh melalui seleksi alam karena tampak oleh kita menguntungkan spesies. Dalam kasus ini, karena perjuangan hidup tidak tergantung pada struktur-struktur demikian, hal itu tidak mungkin diperoleh melalui seleksi alam.

Dan dalam banyak kasus, kondisi-kondisi yang rumit dan lama, yang sering bersifat khusus, diperlukan untuk perkembangan struktur. Dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan mungkin jarang tedadi. Keyakinan bahwa setiap struktur yang kita anggap sering secara keliru, ternyata berguna untuk spesies, akan diperoleh dalam segala keadaan, melalui seleksi alam, bertentangan dengan yang kita pahami tentang cara bekerjanya. Mr. Mivart tidak menyangkal seleksi alam telah menghasilkan sesuatu, tetapi ia memandangnya sebagai demonstratif tidak efesien” untuk menerangkan fenomena yang saya melalui agen-agennya. Bantahan utamanya kini telah ditanggapi, dan yang lain-lain setelah ini juga akan ditanggapi. Bagi saya ini tampaknya demonstratif dan condong menguntungkan dan berpihak pada daya seleksi dibantu dengan agen-agen lain yang telah sering disebutkan. Saya ingin menambahkan, bahwa beberapa fakta dan argumen yang saya gunakan telah dikemukakan untuk maksud yang sama dalam sebuah artikel yang dalam “Medicu-Chirurgical Review”.

Sekarang ini hampir semua naturalis mengakui beberapa bentuk evolusi. Mivart percaya bahwa spesies berubah melalui “suatu kekuatan atau kecenderungan internal”, dengan tidak berpretensi segala sesuatu dapat diketahui. Bahwa spesies memiliki kemampuan untuk berubah akan diakui oleh evolusionis, tetapi pada hemat saya tidak ada keharusan untuk sertakan kekuatan internal apapun selain kecenderungan untuk perubahan yang melalui bantuan seleksi oleh manusia telah menimibulkan banyak peliharaan yang beradaptasi dengan baik, dan melalui bantuan seleksi alam lama baiknya menimbulkan langkah-langkah alami atau spesies alami bertahap. Hasil akhir umumnya. sebagaimana telah dijelaskan, merupakan kemajuan, tetapi dalam sedikit kasus suatu kemunduran dalam organisasi. Mivart selanjutnya cenderung untuk percaya, yang disetujui beberapa bahwa spesies baru menjelmakan dirinya sendiri “secara mendadak termodifikasi sekaligus”. Misalnya, ia menduga bahwa perbedaan antara yang berjari kaki tiga yang punah dan kuda muncul mendadak. la berpikir untuk percaya bahwa sayap burung “dikembangkan secara lain dan bukan modifikasi komparatif dari suatu tanda yang jelas. Tampaknya ia akan perluas pandangan yang sama tentang sayap kelelawar dan pterodactyles. Kesimpulan ini, yang berarti pemutusan besar atau diskontinuitas dalam serial, ak bagi saya sama sekali tidak mungkin dalam organisme tingkat tinggi.

Setiap orang yang percaya pada evolusi kecil-kecil dan bertahap. sudah tentu mengakui bahwa perubahan khusus dapat merupakan sesuatu yang semendadak sebesar setiap variasi tunggal yang kita temui dalam alam, atau bahkan pemeliharaan. Tetapi karena spesies lebih variabel bila dipelihara atau dayakan daripada dalam kondisi alam, bukan tidak mungkin variasi yang yang begitu besar mendadak lebih sering terjadi di dalam alam dan hanya kadang-adang timbul di bawah pemeliharaan. Dari variasi terakhir ini, beberapa dapat dari pembalikan (reversion), dan ciri-ciri yang tampil kambali, dalam banyak kasus, awalnya mungkin diperoleh secara berangsur-angsur. Jumlah lebih banyak lagi harus dinamakan monstrosities (sesuatu yang sangat aneh), seperti orang berjari enam, orang berambut landak, domba Ancon sapi Niata, dan sebagainya. Dan karena mereka jauh berbeda dalam ciri-cirinya dari spesies alami mereka amat sedikit memberi penjelasan tentang objek bahasan kita. Di luar kasus-kasus tentang variasi mendadak tersebut sedikit yang tersisia jika ditemukan dalam keadaan alamiah akan paling baik merupakan spesies yang meragukan yang berkaitan erat dengan jenis indunya.

Alasan saya meragukan apakah spesies alam dapat berubah semendadak seperti kadang terjadi pada ras peliharaan, dan untuk sama sekali tidak percaya bahwa mereka telah, berubah secara mengagumkan seperti ditunjukkan Mr. Mivart, adalah sebagai berikut menurut pengalaman kami, mendadak dan kuat terjadi pada ras hasil peliharaan, secara tunggal dan dalam interval vaktu yang agak panjang. Bila hal tersebut terjadi dalam alam mereka akan rawan, seperti telah dijelaskan di muka, untuk punah oleh penyebab kebetulan dan oleh persilangan kemudian. Demikianah diketahui dalam pemeliharaan, variasi mendadak jenis ini dilestarikan secara khusus dipisahkan oleh penataan manusia. Karena itu agar spesies baru yang muncul tiba-tiba dengan cara yang diduga Mr.Mivart maka hampir dapat dipastikan bertentangan dengan semua analogi, bahwa beberapa individu yang secara mengagumkan muncul pada waktu yang sama di dalam daerah yang sama. Kesulitan ini. seperti ke hal seleksi tanpa sengaja oleh manusia, yang berdasarkan teori evolusi bertahap, melalui pelestarian sejumlah banyak individu yang bervariasi kurang lebih dalam segala arah yang menguntungkan, pemusnahan sejumlah besar yang tidak lagi bervariasi.

Bahwa banyak spesies telah berkembang secara berangsur-angsur ekstrim. hampir tidak diragukan. Spesies dan bahkan genera banyak famili alam besar begitu erat berkerabat, sehingga beberapa dari mereka sulit dibedakan. Di setiap benua dalam perjalanan dari utara ke selatan, dari dataran rendah ke dataran tinggi dan sebagainya kita menernui spesies setempat yang berkaitan erat atau spesies representatif. seperti perjalanan serupa yang kita lakukan benua-benua lain, yang memberi alasan kepada kita untuk percaya, bahwa mereka saling berhubungan sebelumnya. Tetapi dalam membuat pernyataan ini, saya terpaksa menyinggung secara tidak langsung subjek-subjek yang setelah ini akan dibicarakan. Lihatiah banyak-pulau yang tersebar sekeliling benua, dan lihat seberapa banyak penghuninya dapat diangkat tingkat peringkat spesies yang diragukan. Begitu pula bila kita melihat zaman duhulu, dan membandingkan spesies yang baru saja menghilang dengan yang masih hidup di dalam areal yang sama atau bila kita bandingkan fossil spesies-spesies yang terbenam dalam sub-tahap formasi geologi yang sama. Memang nyata, bahwa banyak spesies yang berkaitan secara amat erat dengan soesies lain yang masih ada atau belum lama berselang ada, nyaris tidak dipertahankan bahwa spesies tersebut telah muncul secara tiba-tiba atau mendadak. Harap tidak pula dilupakan, bila kita mengamati bagian khuus spesies-spesies yang serumpun, alih-alih mengamati spesies-spesies yang berbeda, banyak gradasi halus dan mengagumkan dapat dilacak yang menghubungkan struktur-struktur yang berbeda jauh.

Banyak kelompok besar fakta hanya dapat dipahami atas prinsip bahwa spesies telah berkembang dengan langkah-langkah sangat kecil. Misalnya, fakta bahwa spesies yang termasuk dalam generasi lebih besar, lebih erat berkaitan satu sama lain dan menampilkan jumlah lebih beasr varietas daripada kemampuan spesies dalam genera yang lebih kecil. Yang pertama juga digolongkan dalam kelompok-kelompok kecil, seperti varietas, seperti diperlihatkan dalam Bab 2. Atas prinsip yang sama, kita dapat memahami mengapa ciri-ciri khusus itu lebih variabel daripada ciri-ciri generik. Dan mengapa bagian-bagian yang dikembangkan dengan derajat atau cara khusus menjadi lebih variabel ketimbang bagian-bagian lain dari spesies yang sama, Banyak fakta analogis, yang semua menunjuk ke arah yang sama, dapat ditambahkan.

Meskipun sangat banyak spesies hampir pasti telah dihasilkan dengan langkah-langkah tidak lebih besar daripada yang memisahkan varietas-varietas halus, namun dapat dikatakan bahwa beberapa telah dikembangkan secara lain dan mendadak. Namun pengakuan demikian seharusnya tidak dibuat tanpa ditunjang bukti-bukti kuat. Analogi samar-samar dan dalam beberapa hal keliru, seperti ditunjukkan oleh Mr. Chauncey Wright, yang telah diajukan untuk menunjang pandangan ini, seperti kristalisasi tiba-tiba zat-zat anorganik, atau jatuhnya spheroid berfaset dari satu faset ke faset lain, hampir tidak layak mendapat tanggapan . namun satu kelas fakta, yakni tampilnya dengan tiba-tiba bentuk kehidupan baru dan berbeda dalam formasi-formasi geologi kita, pada penglihatan pertama mendukung keyakinan pada perkembangan mendadak. Tetapi nilai penting bukti ini tergantung sepenuhnya pada kesempurnaan catatan geologi, dalam kaitan dengan jangka waktu jauh lampau dalam sejarah dunia. Bila catatan sama fragmentarisnya seperti tegas dinyakan oleh banyak pakar geologi, makin tidak ada ayng aneh dalam bentuk-betuk baru yang tampil seolah-olah berkembang mendadak.

Kecuali kalau kita menyakini transformasi sebagai gejala luar biasa, sebagaimana dikemukakan Mr. Mivart, seperti perkembangan mendadak sayap burung atau kalelawar, atau konfersi mendadak Hipparion menjadi kuda, hampir tidak ada keterangan diberikan oleh keyakianan modifikasi mendadak tentanng penyimpangan hubungan yang berkesinambungan dalam formasi geologi kita. Tetapi terhadap keyakinan pada perbedaan mendadak yang demikian, embriologi menghadapi rotes keras.

Sudah umum dikenal bahwa sayap burung dan sayap kalelawar dan kuda atau hewan berkaki empat lainya, tidak dapat dibedakan pada awal embrional, dan selanjutnya menjadi berbeda dengan langkah-langkah tak kesat mata. Kemiripan embriologi semua jenis dapat diterangkan yang akan yang kita lihat nanti, oleh nenek moyang spesies kita yang ada, yang sete4lah awal umur muda dan telah meneruskan sifat baru yang diperoleh pada keturunannyapada umur yang setara, jadi mebrio tetap hampir terpengaruh, dan berlaku sebagai catatan konduisi lampau spesies. Karena itu spesies yang ada pada tahap-tahap awal perkembangannya begitu menyerupai bentuk-bentuk purba yang sudah punah, yang termasuk dalam yang sama, atas pendangan arti kemiripan embriologi ini dan memangb sudut pandang manapun juga, tidaklah masuk akal bahwa hewan mengalami transformasi penting dan tiba-tiba tersebut, seperti disebut Mr. Mivart di atas, juga tidak membawa jejakm kondisi mebriologi dalam modifikasi mendadak. Setiap detail dalam strukturnya dikembangkan oleh langkah-langkah kecil, halus myang tidak kesat mata.

Orang yang percaya behwa beberapa bentuk purba ditranformasikan tiba melalui suatu kekuatan internal atau kecenderungan, misalnya dilengkapi dengan sayap, akan terpaksa menduga, bertentangan dengan anologi, bahwa banyak individu bervariasi serentak. Tidak dapat dibantah, baikperubahan struktur yang mendadak dan besar tersebut ternyata jauh dari yang telah dialami kebanyakan spesies. Ia selanjutnya terpaksa harus percaya bahwa banyak struktur menyesuaikan diri dengan indahnya terhadap bagian-bagian lain struktur yang sama dan keadaan sekitar, yang tiba-tiba telah dihasilkan. Dari adaptasi yang begitu rumit dan mengagumkan itulah, dia akan mengakui, bahwa transformasi yang besar dan mendadak ini tidak meninggal bekas tindakan atas embrio. Mengakui perubahan mendadak, tampak bahwa saya sama artinya dengan memasuki dunia keajaiban, dan meninggalkan di ilmiah.

No comments:

Post a Comment